Tantangan utama dalam implementasi SFH adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik bercocok tanam yang efisien, serta keterbatasan akses terhadap bibit unggul dan teknologi sederhana.Â
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan edukasi melalui pelatihan, workshop, atau program penyuluhan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Selain itu, pemerintah dapat memberikan subsidi atau bantuan berupa bibit, pupuk organik, atau alat bercocok tanam untuk mendorong adopsi konsep SFH di masyarakat.
Kontribusi terhadap Keberlanjutan
SFH berkontribusi besar pada upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin ke-2 (mengakhiri kelaparan dan meningkatkan ketahanan pangan) serta poin ke-12 (mengurangi jejak karbon melalui pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan).Â
Dengan mengurangi ketergantungan pada rantai distribusi panjang, SFH turut menekan emisi karbon dan memperkuat ketahanan pangan lokal.
Selain itu, SFH juga dapat menjadi inspirasi bagi komunitas perkotaan untuk menciptakan lingkungan yang hijau dan sehat.
Konsep ini mampu menyelaraskan kebutuhan manusia dengan pelestarian lingkungan, menciptakan harmoni antara alam dan masyarakat.
Sustainable Food House adalah pendekatan yang relevan, praktis, dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga.Â
Dengan memanfaatkan pekarangan rumah secara optimal, keluarga tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada pasar tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.
Konsep ini memadukan manfaat ekologis, ekonomis, dan sosial, menjadikannya solusi ideal untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat dan berkelanjutan.