Kurikulum Deep Learning pada dasarnya mengadopsi konsep pembelajaran yang berfokus pada penguasaan materi dengan tingkat pemahaman yang lebih dalam.Â
Kurikulum ini didesain agar siswa tidak hanya memahami materi secara dangkal, tetapi mampu menerapkannya pada berbagai konteks dan situasi nyata, mengembangkan pemikiran kritis, serta memiliki keterampilan problem solving yang baik.
Hal ini relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa kini yang menuntut SDM yang mampu berpikir kreatif, memiliki analisis yang mendalam, dan adaptif terhadap perubahan.
Kurikulum Deep Learning juga mendukung personalisasi pembelajaran, di mana siswa didorong untuk berperan aktif dalam menentukan topik pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya, serta diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi lebih dalam.Â
Dengan pendekatan ini, pembelajaran di kelas menjadi lebih interaktif dan melibatkan diskusi, kolaborasi, serta pemecahan masalah nyata.
Namun, di Indonesia, penerapan Kurikulum Deep Learning tidak dapat berjalan tanpa mempertimbangkan infrastruktur dan kemampuan tenaga pendidik.Â
Saat ini, Kurikulum Merdeka sudah memberikan ruang bagi guru untuk melakukan penyesuaian metode pengajaran, meskipun masih  bedalamntuk yang belum sepenuhnya mendalam.Â
Kurikulum Merdeka telah menyiapkan pondasi yang relevan untuk memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru, termasuk Deep Learning.Â
Jika konsep Kurikulum Deep Learning diintegrasikan ke dalam Kurikulum Merdeka, akan ada tantangan dalam hal pelatihan guru, perubahan sistem evaluasi, serta peningkatan infrastruktur pembelajaran digital.
Salah satu tantangan yang perlu diperhatikan adalah kesiapan tenaga pendidik.Â
Di banyak sekolah di Indonesia, guru masih memiliki keterbatasan dalam penerapan metode pembelajaran interaktif dan berbasis teknologi.Â
Pelatihan berkelanjutan perlu dilakukan agar guru mampu mengadopsi konsep Deep Learning secara optimal.
Kurikulum Deep Learning juga memerlukan sistem evaluasi yang berbeda dari sekadar ujian atau tes, melainkan menilai kemampuan analitis, pemecahan masalah, dan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dalam situasi nyata.Â
Hal ini tentunya memerlukan panduan dan sistem penilaian yang lebih komprehensif, sehingga penerapannya dapat berjalan sesuai tujuan.