Mereka membakar dupa, menyalakan lentera, dan melantunkan doa-doa untuk menenangkan roh-roh yang marah.Â
Xiao Mei diminta untuk memohon maaf di depan pintu merah dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya.
Saat upacara berlangsung, Xiao Mei merasakan kehadiran roh-roh di sekitarnya.Â
Ia merasakan bayangan wanita tua itu mendekat, tetapi kali ini, tatapannya tidak lagi penuh dendam, melainkan penuh dengan kelegaan.Â
Setelah upacara selesai, Xiao Mei merasa beban berat yang ia rasakan selama ini perlahan menghilang.
Sejak malam itu, mimpi buruknya berhenti dan bayangan-bayangan mengerikan tidak lagi mengganggunya.Â
Xiao Mei belajar untuk lebih menghormati tradisi dan mitos desa, menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar di balik cerita-cerita yang tampak sepele.
Kuil Xianlong dan pintu merahnya tetap menjadi tempat yang sakral, dihormati oleh seluruh penduduk desa.Â
Xiao Mei, dengan pengalaman yang mendalam, selalu mengingatkan orang-orang untuk menghormati leluhur dan tradisi, agar roh-roh yang tak terlihat tetap tenang dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H