Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Bayangan di Pintu Merah

26 Mei 2024   13:05 Diperbarui: 26 Mei 2024   13:25 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bayangan di pintu merah (sumber: bing/AI)

Di sebuah desa kuno di Tiongkok, terdapat sebuah kuil tua yang dikenal sebagai Kuil Xianlong. 

Kuil ini didedikasikan untuk menghormati para leluhur dan dewa-dewa pelindung desa. 

Di dalam kuil tersebut, terdapat sebuah pintu merah besar yang dihiasi dengan ukiran naga emas. 

Ilustrasi Kuil Xianlong dengan pintu merah besar yang dihiasi dengan ukiran naga emas. 
Ilustrasi Kuil Xianlong dengan pintu merah besar yang dihiasi dengan ukiran naga emas. 

Menurut legenda, pintu merah itu adalah gerbang antara dunia manusia dan dunia roh.

Setiap tahun, pada malam Festival Hantu, penduduk desa mengadakan upacara besar di kuil tersebut untuk menghormati leluhur mereka dan mengusir roh-roh jahat. 

Mereka percaya bahwa pada malam itu, pintu merah akan terbuka dan roh-roh dari dunia lain akan berkeliaran di dunia manusia. 

Oleh karena itu, mereka menyalakan lentera-lentera dan membakar dupa untuk menenangkan roh-roh tersebut.

Xiao Mei, seorang gadis muda yang baru pindah ke desa itu bersama keluarganya, tidak terlalu percaya pada cerita-cerita tentang roh. 

Namun, ia sangat penasaran dengan legenda pintu merah di Kuil Xianlong. 

Pada malam Festival Hantu, saat penduduk desa sibuk dengan upacara di halaman kuil, Xiao Mei diam-diam menyelinap masuk ke dalam kuil.

Di dalam kuil, suasana terasa sangat hening dan mistis. 

Xiao Mei mendekati pintu merah besar dan melihat ukiran naga yang tampak hidup dalam cahaya lentera. 

Ilustrasi ukiran naga Kuil Xianlong yang tampak hidup dalam cahaya lentera (sumber: bing/AI)
Ilustrasi ukiran naga Kuil Xianlong yang tampak hidup dalam cahaya lentera (sumber: bing/AI)

Tiba-tiba, ia merasakan angin dingin berhembus dan pintu merah itu mulai terbuka perlahan. 

Xiao Mei mundur beberapa langkah, terkejut melihat bayangan-bayangan aneh muncul dari balik pintu.

Dari kegelapan di balik pintu, muncul seorang wanita tua dengan wajah pucat dan mata yang kosong. 

Xiao Mei merasa ketakutan, tetapi ia tidak bisa bergerak. 

Ilustrasi dari kegelapan di balik pintu, muncul seorang wanita tua (sumber: bing/AI)
Ilustrasi dari kegelapan di balik pintu, muncul seorang wanita tua (sumber: bing/AI)

Wanita tua itu melangkah mendekatinya, dan dalam suara berbisik yang mengerikan, ia berkata, "Anak muda, mengapa kau mengganggu kami?"

Xiao Mei mencoba menjawab, tetapi suaranya tersangkut di tenggorokannya. 

Wanita tua itu melanjutkan, "Pintu merah ini adalah gerbang suci, mereka yang tidak menghormati akan mendapatkan kutukan." 

Tiba-tiba, wanita tua itu menghilang dan Xiao Mei merasakan sesuatu yang berat menekan bahunya.

Dengan susah payah, Xiao Mei berhasil melarikan diri dari kuil dan kembali ke rumahnya. 

Sejak malam itu, ia mulai mengalami mimpi-mimpi buruk tentang roh-roh yang mengejarnya. 

Dalam mimpinya, ia selalu berada di depan pintu merah, dan bayangan wanita tua itu selalu muncul dengan tatapan penuh dendam.

Semakin hari, Xiao Mei semakin merasa bahwa mimpinya bukan hanya sekedar mimpi. 

Ia mulai melihat bayangan wanita tua itu di sudut-sudut rumahnya, dan suara berbisik yang mengerikan selalu mengganggunya di malam hari. 

Keluarganya yang khawatir, membawa Xiao Mei ke seorang tabib dan pendeta desa untuk meminta bantuan.

Pendeta desa, seorang pria bijaksana bernama Tuan Li, mendengarkan cerita Xiao Mei dengan seksama. 

Tuan Li berkata, "Kau telah melanggar aturan suci dengan membuka pintu merah itu" 

"Kita harus mengadakan upacara pemurnian untuk menenangkan roh-roh yang terganggu"

Pada malam berikutnya, Tuan Li dan penduduk desa mengadakan upacara pemurnian di Kuil Xianlong. 

Ilusttasi Tuan Li dan penduduk desa mengadakan upacara pemurnian di Kuil Xianlong (sumber: bing/AI)
Ilusttasi Tuan Li dan penduduk desa mengadakan upacara pemurnian di Kuil Xianlong (sumber: bing/AI)

Mereka membakar dupa, menyalakan lentera, dan melantunkan doa-doa untuk menenangkan roh-roh yang marah. 

Xiao Mei diminta untuk memohon maaf di depan pintu merah dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya.

Saat upacara berlangsung, Xiao Mei merasakan kehadiran roh-roh di sekitarnya. 

Ia merasakan bayangan wanita tua itu mendekat, tetapi kali ini, tatapannya tidak lagi penuh dendam, melainkan penuh dengan kelegaan. 

Setelah upacara selesai, Xiao Mei merasa beban berat yang ia rasakan selama ini perlahan menghilang.

Sejak malam itu, mimpi buruknya berhenti dan bayangan-bayangan mengerikan tidak lagi mengganggunya. 

Xiao Mei belajar untuk lebih menghormati tradisi dan mitos desa, menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar di balik cerita-cerita yang tampak sepele.

Ilustrasi Kuil Xianlong dan pintu merahnya tetap menjadi tempat yang sakral (sumber: bing/AI)
Ilustrasi Kuil Xianlong dan pintu merahnya tetap menjadi tempat yang sakral (sumber: bing/AI)

Kuil Xianlong dan pintu merahnya tetap menjadi tempat yang sakral, dihormati oleh seluruh penduduk desa. 

Xiao Mei, dengan pengalaman yang mendalam, selalu mengingatkan orang-orang untuk menghormati leluhur dan tradisi, agar roh-roh yang tak terlihat tetap tenang dan damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun