Dalam konteks lambang KLHK, pohon kalpataru mencerminkan komitmen untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mengelola sumber daya alam secara bijak.Â
Penggunaan simbol ini juga menggambarkan upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, di mana kehidupan manusia dan alam berjalan seiring, tanpa mengorbankan salah satu pihak.
Pemilihan Pohon Kalpataru sebagai lambang KLHK bukan hanya mencerminkan keindahan dan kearifan lokal, tetapi juga menyampaikan pesan kuat tentang tanggung jawab terhadap lingkungan dan keberlanjutan hidup.
Sebagai lambang resmi, pohon kalpataru menjadi representasi visual dari dedikasi KLHK dalam menjaga kelestarian alam dan memberikan inspirasi untuk tindakan positif terhadap lingkungan hidup di Indonesia.
Pohon ini juga menjadi inspirasi filosofis, menuntun masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam.Â
Contoh inspirasi filosofis kalpataru dalam karya seni kontemporer:Â
Lukisan abstrak yang menggambarkan kalpataru oleh seniman lokal menjadi bentuk ekspresi filosofis, mengajak pemirsa untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan keinginan untuk keseimbangan.
Dalam seni dan arsitektur, kalpataru menjadi warisan budaya, mencerminkan kekayaan nilai dan kebijaksanaan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Warisan Budaya Pohon Kalpataru di Desa Tradisional:
Di desa tradisional, pohon kalpataru menjadi simbol keberuntungan dan warisan budaya yang dihormati dalam upacara adat dan ritual keagamaan.
Simbol kehidupan kalpataru tidak terbatas pada aspek ekologi dan budaya saja. Dalam makna multidimensionalnya, pohon ini menciptakan ruang spiritual di tengah-tengah masyarakat.Â
Contoh aspek spiritual Taman Meditasi Kalpataru:Â