Kau akan menyesal kini, terdengar tangisan yang tak akan abadi meninggalkan kecewa dalam sanubari. Tugas mu hanya persiapkan diri, apabila saat nanti tiba teman karib tak menemani.Â
Tak akan gairah lagi, angkat tangan berserah diri. Seakan alam meninggalkan mu pergi dan satu sahabat setia disisi dengan masa depan mu yang telah usai, karena perbuatan baik setia kan memberi.
Aku hanya tak ingin secangkir kopi itu mendingin sendirinya dengan tergesa-gesa, seperti senja dibalik awan. Walau cangkir itu tak kan pernah protes, ketika aku mengajaknya berdialog tentang hidup, rindu dan cinta.Â
Tentang mimpi-mimpi kehangatan dengan hidup ku yang belum tentu arahnya, menambah gairah ku kini ditengah kegundahan hati.
Masa kan datang, senja seakan mampu ku nikmati dengan sempurna. Sekalipun diri menunggu sepi dengan menghirup aroma kopi yang ku seduh sebelum menyeruputnya.Â
Menghirup aromanya dan rasakan uap diwajah mu. Tataplah warna dan buih-buih kecil menari indah dan menikmati tegukan pertama serta biarkan meresapi ke seluruh tubuh mu.Â
Aku suka kopi, mendampingiku dalam sunyi dan menemaniku berdiskusi sampai hilang rasa kantuk ini.
Percayakah kamu?Â
Dalam satu tegukan kopi mampu menghalau seribu tanya, menembus hayalan melebihi logika.
Melumat habis isi kepala, sampai tegukan terakhir yang mendamaikan. Ketika warasku mulai bercengkrama dengan aromanya, setiba itu pula bayang mu selalu hadir dan tersesat dimata ku.
Aku rindu.....