Mohon tunggu...
James Mansula
James Mansula Mohon Tunggu... Guru - Teaching is Passion, is not a Job

Guru Geografi, Alumni SM-3T, Alumni PPG SM-3T, Bigreds Regional Kupang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

3 November 2024   19:48 Diperbarui: 3 November 2024   21:00 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam dan bahagia Bapak Ibu Guru hebat.

Saya James Gerson Mansula, calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari SMA Negeri Bolan Kabupaten Malaka. Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan koneksi antar materi modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Dalam tugas koneksi antar materi ini, saya akan membuat kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LMS.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Penggambaran sekolah sebagai suatu ekosistem, dilakukan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi sumber daya yang ada di sekolah dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan untuk kemajuan sekolah. Sekolah sebagai suatu ekosistem terdiri dari unsur-unsur pendukung di dalamnya baik biotik maupun abiotik. Unsur abiotik di sekolah seperti kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, komite sekolah, murid, orangtua murid dan masyarakat sekitar. Sedangkan abiotik seperti gedung, keuangan, sarana dan prasarana  yang mendukung dalam proses pembelajaran.

Sumber daya yang ada di sekolah jika dijabarkan menjadi aset/ kekuatan terdapat 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1) modal manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik, 6) modal lingkungan/alam, 7) modal agama dan budaya.

Dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah, terdapat dua pendekatan yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach). Pendekatan berbasis aset atau berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah.

Selanjutnya, sekolah sebagai suatu komunitas maka digunakan pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD) atau dikenal dengan pengembangan komunitas berbasis aset (PKBA). Pendekatan PKBA menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mengoptimalkan potensi sumber daya/ aset yang ada sehingga dapat bermanfaat bagi murid dalam pembelajaran. Seorang pemimpin pembelajaran, tidak hanya mengelola, tetapi juga menginspirasi dan memotivasi semua pihak yang ada untuk berkolaborasi guna  mengoptimalkan tujuan pembelajaran di kelas. Seorang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya bertanggung jawab untuk mengenali dan memetakan sumber daya, menganalisis potensi, membuat perencanaan strategis, membangun kolaborasi, memfasilitasi inovasi, mengembangkan kompetensi dan evaluasi demi perbaikan ke depan (refleksi).

Untuk implementasi dalam kelas, seorang pemimpin pembelajaran dapat melakukan :

  • Memetakan kebutuhan belajar siswa lewat asesmen awal, kemudian menyesuaikan strategi pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran dan menjawab kebutuhan belajar siswa (pembelajaran berdiferensiasi)
  • Membentuk kolaborasi  lewat kelompok belajar sehingga siswa dapat saling mendukung, belajar bersama, berbagi dan bekerja sama
  • Berkolaborasi dengan orangtua untuk pemantauan belajar siswa di rumah
  • Menciptakan inovasi dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar
  • Memanfaatkan aset yang ada di sekolah untuk mendukung pembelajaran, misalnya belajar lewat alam sekitar, memanfaatkan buku-buku di perpustakaan atau belajar dengan menggunakan fasilitas di lab komputer

Untuk implementasi di lingkungan sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dapat melakukan :

  • Pembentukan budaya positif di sekolah
  • Membangun kolaborasi dengan orangtua, masyarakat, komunitas atau lembaga lain untuk mendukung program sekolah
  • Terlibat dengan kegiatan sosial kemasyarakatan
  • Mengadaptasi kurikulum agar relevan dengan kebutuhan siswa dan perkembangan zaman
  • Menggunakan anggaran secara efektif dan efisien untuk mendukung kualitas pembelajaran
  • Menjaga dan merawat fasilitas yang ada di sekolah
  • Mengadakan pelatihan untuk pengembangan kompetensi dan profesionalisme guru
  • Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai bakat dan minat siswa
  • Memfasilitasi lomba baik untuk siswa maupun guru

Untuk implementasi di masyarakat sekitar, seorang pemimpin pembelajaran dapat melakukan:

  • Melibatkan siswa dalam kegiatan sosial yang ada di masyarakat, misalnya gotong royong pembersihan lingkungan atau kegiatan penghijauan bersama masyarakat
  • Bekerja sama dengan UMKM untuk membangun jiwa wirausaha siswa
  • Melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan pameran atau lomba di sekolah

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang tepat adalah kunci keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan mengelola sumber daya secara efektif, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi siswa untuk belajar, dan mengembangkan potensi mereka secara maksimal.

Dalam pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, guru memegang peranan penting sehingga dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas, guru dapat mengintervensi lewat pembelajaran yang inovatif di kelas, misalnya menggunakan model pembelajaran yang interaktif dan menggunakan media video/ gambar animasi, simulasi atau permainan yang dapat membangun motivasi belajar. Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan aset lain yang ada di sekolah misalnya belajar lewat alam sekitar, mengadakan studi tur dan lain sebagainya. Dengan begitu, siswa memiliki banyak sumber belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Salah satu filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan yaitu menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa tentunya membutuhkan usaha dari guru sehingga dapat memahami kebutuhan belajar seorang siswa. Guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran, menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di sekolah. Bukan tidak mungkin, guru menjalin kolaborasi dengan pihak luar sehingga siswa memiliki banyak sumber belajar.

Nilai dan peran guru penggerak

Guru merupakan salah satu aset/ modal utama yang dimiliki oleh sekolah. Guru menjadi ujung tombak dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sehingga sedapat mungkin guru harus menjunjung tinggi nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid. Guru juga dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid.

Visi Guru Penggerak

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Untuk mewujudkan visi tersebut, seorang guru wajib memaksimalkan segala sumber daya yang menjadi modal utama di sekolah. Tahapan alur BAGJA ini juga dapat lansung diterapkan di dalam kelas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia sehingga semuanya dapat berjalan dengan maksimal. Misalnya untuk menghias kelas, seorang guru dapat berkolaborasi dengan murid dan rekan guru lain untuk memanfaatkan sampah plastik dari lingkungan sekitar sehingga menjadi hiasan menarik dalam kelas.

Budaya Positif

Salah satu aset/kekuatan yang menjadi modal utama di sekolah berupa modal agama dan budaya. Hal-hal baik yang telah diajarkan di rumah atau dilakukan di masyarakat sudah selayaknya menjadi budaya positif di sekolah sehingga akan menjadi karakter yang senantiasa diamalkan oleh siswa. Misalnya budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan satun), budaya gotong royong, budaya menjaga kebersihan, budaya saling menghormati dan lain sebagainya. Budaya positif ini menjadi aset penting yang mesti dikembangkan dengan baik.

Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid (Berdiferensiasi)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Untuk memudahkan guru dalam memetakan kebutuhan belajar siswa, guru harus mampu memanfaatkan sumber daya yang menjadi aset di sekolah. Misalnya berkolaborasi dengan rekan sejawat atau wali kelas sehingga memiliki gambaran umum tentang kemampuan siswa. Atau juga berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk dapat bertukar pikiran tentang strategi, model pembelajaran, media dan asesmen yang dapat menjawab kebutuhan belajar siswa. Guru juga dapat memanfaatkan lingkungan/ alam sekitar, komunitas sekitar, gereja, sungai, laut ataupun orangtua untuk mendukung pembelajaran di kelas belajar sehingga siswa memiliki banyak sumber belajar yang di eksplor.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk dapat menciptakan individu baik guru maupun siswa sehingga memiliki kompetensi sosial emosional yang baik. Dengan pengembangan kompetensi sosial emosional bagi guru dan siswa maka dengan sendirinya kita telah memanfaatkan dan mengembangkan aset/ modal utama yang dimiliki oleh sekolah.

Coaching untuk Supervisi Akademik

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan membantu guru untuk mengatasi permasalahan yang dialami adalah dengan melakukan coaching untuk supervisi akademik. Dengan melakukan coaching, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu untuk meningkatkan kualitas sumber daya atau modal utama yang dimiliki sekolah yakni guru itu sendiri.

Dengan proses coaching, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu coachee untuk menemukan ide dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran di dalam kelas sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita dituntut untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan ketika menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan dilema etika. Keputusan yang diambil haruslah bijaksana karena pasti akan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya atau aset yang ada di sekolah. Keputusan yang diambil harus mengedepankan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian keputusan sehingga dapat membawa dampak bagi kemajuan sekolah.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum saya mempelajari tentang modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, saya selalu berpikir berbasis kekurangan. Saya selalu mengeluh dan pesimis dengan segala kondisi yang ada di sekolah. Saya merasa banyak hal yang tidak dapat saya lakukan karena kurang fasilitas dan lain sebagainya. Tetapi setelah mempelajari modul ini, pikiran saya lebih positif. Saya menyadari banyak sumber daya/ aset di sekolah yang belum saya manfaatkan dengan baik, misalnya kolaborasi dengan rekan sejawat dan orangtua, menggunakan modal agama dan budaya serta lingkungan/ alam sekitar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran.

Penulis : James Gerson Mansula
3 November 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun