Budaya Positif
Salah satu aset/kekuatan yang menjadi modal utama di sekolah berupa modal agama dan budaya. Hal-hal baik yang telah diajarkan di rumah atau dilakukan di masyarakat sudah selayaknya menjadi budaya positif di sekolah sehingga akan menjadi karakter yang senantiasa diamalkan oleh siswa. Misalnya budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan satun), budaya gotong royong, budaya menjaga kebersihan, budaya saling menghormati dan lain sebagainya. Budaya positif ini menjadi aset penting yang mesti dikembangkan dengan baik.
Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid (Berdiferensiasi)
Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Untuk memudahkan guru dalam memetakan kebutuhan belajar siswa, guru harus mampu memanfaatkan sumber daya yang menjadi aset di sekolah. Misalnya berkolaborasi dengan rekan sejawat atau wali kelas sehingga memiliki gambaran umum tentang kemampuan siswa. Atau juga berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk dapat bertukar pikiran tentang strategi, model pembelajaran, media dan asesmen yang dapat menjawab kebutuhan belajar siswa. Guru juga dapat memanfaatkan lingkungan/ alam sekitar, komunitas sekitar, gereja, sungai, laut ataupun orangtua untuk mendukung pembelajaran di kelas belajar sehingga siswa memiliki banyak sumber belajar yang di eksplor.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk dapat menciptakan individu baik guru maupun siswa sehingga memiliki kompetensi sosial emosional yang baik. Dengan pengembangan kompetensi sosial emosional bagi guru dan siswa maka dengan sendirinya kita telah memanfaatkan dan mengembangkan aset/ modal utama yang dimiliki oleh sekolah.
Coaching untuk Supervisi Akademik
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan membantu guru untuk mengatasi permasalahan yang dialami adalah dengan melakukan coaching untuk supervisi akademik. Dengan melakukan coaching, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu untuk meningkatkan kualitas sumber daya atau modal utama yang dimiliki sekolah yakni guru itu sendiri.
Dengan proses coaching, seorang pemimpin pembelajaran dapat membantu coachee untuk menemukan ide dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran di dalam kelas sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita dituntut untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan ketika menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan dilema etika. Keputusan yang diambil haruslah bijaksana karena pasti akan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya atau aset yang ada di sekolah. Keputusan yang diambil harus mengedepankan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian keputusan sehingga dapat membawa dampak bagi kemajuan sekolah.