Salam dan bahagia Bapak dan Ibu Guru Hebat!
Salam Guru Penggerak!
Perkenalkan saya James Gerson Mansula,S.Pd.,Gr dari SMA Negeri Bolan, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berikut ini, saya akan memaparkan kesimpulan dan refleksi untuk koneksi antar materi modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik.
Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
Setelah mempelajari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, ternyata pengalaman supervisi akademik yang saya alami selama ini sedikit berbeda dengan konsep yang dipelajari dalam modul ini. Supervisi akademik yang saya alami saat masa PPL, masa PPG dan saat bekerja lebih kepada mentoring karena tidak mengembangkan potensi, tidak menggali ide, tetapi lansung memberikan solusi berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh guru yang lebih senior/ berpengalaman. Mungkin karena selama ini, peran yang dipakai saat supervisi akademik bukan sebagai coach dan coachee, melainkan mentor dan mentee.
Coach harus memperhatikan agar dalam supervisi akademik, coachee dapat menemukan ide-ide dan solusi guna meningkatkan proses pembelajarannya di kelas. Supervisi akademik menjadi sarana agar kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh guru sehingga dapat berguna dalam proses pembelajaran yang dilakukannya di kelas.
Dalam mempelajari modul ini, saya melakukan berbagai aktivitas pembelajaran misalnya belajar tentang konsep coaching secara mandiri, berdiskusi dengan sesama rekan CGP, elaborasi pemahaman dengan instruktur dan melaksanakan praktek coaching dimana kami membagi peran dengan sesama rekan CGP sebagai pengamat, coach dan coachee pada bagian demonstrasi kontekstual.
Dalam modul ini, saya mempelajari banyak hal tentang proses coaching untuk supervisi akademik. Paradigma berpikir coaching yaitu berfokus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kompetensi inti coaching yang harus dimiliki atau dikuasai yaitu, kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Kemudian ada mendengarkan dengan RASA, yaitu Receive: menerima dan mendengarkan kata kunci, Appreciate: memberi apresiasi/sinyal mendengarkan, Summarize: rangkum kata kunci, dan Ask: mengajukan pertanyaan. Saya juga memahami prinsip berpikir coaching, yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Selain itu, terdapat Percakapan berbasis coaching menggunakan alur TIRTA yaitu, Tujuan, Identifikasi, Rencana, dan Tanggung jawab. Dalam pelaksanaan supervisi akademik terdapat 3 tahapan yang harus dilalui, yaitu pra observasi, observasi, dan pasca observasi.
Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Selama melaksanakan proses belajar modul 2.3, awalnya saya merasa lelah dan stres karena harus membagi waktu untuk mengajar di kelas, mempelajari modul di LMS dan melaksanakan praktek coaching bersama rekan CGP. Kemudian saya semakin tertarik dengan materi dalam modul saat melakukan praktek coaching karena saya lebih memahami lagi saat dipraktekan. Apalagi setelah melakukan ruang kolaborasi dan elaborasi pemahaman bersama instruktur.
Saya juga merasa lega dan gembira saat telah menyelesaikan praktek coaching bersama rekan CGP saat ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual. Lewat praktek ini, saya bisa melakukan refleksi sejauh mana kemampuan saya dalam melakukan praktek coaching dan kompetensi mana yang harus ditingkatkan lagi.
Yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Dalam mempelajari modul 2.3 ini, yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan diri dalam proses belajar yaitu kolaborasi dengan rekan CGP dalam melaksanakan praktek coaching menggunakan alur TIRTA yaitu tujuan, identifikasi, rencana aksi dan tanggun jawab. Kolaborasi kami dapat dilihat dari praktek coaching yang kami lakukan pada ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual.
Yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Dalam melakukan praktek coaching, yang perlu saya perbaiki yaitu bagaimana mengajukan pertanyaan berbobot untuk mengidentifikasi dan menggali ide sehingga coachee dapat menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi. Untuk dapat mengajukan pertanyaan berbobot, saya harus memperbaiki kompetensi coaching saya yakni mendengarkan dengan aktif sehingga dapat menemukan kata kunci yang tepat sehingga dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot.
Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Selama mempelajari modul ini, saya merasa kompetensi saya semakin berkembang dimana saya dapat melakukan praktek coaching bersama dengan rekan CGP saat tugas ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual. Saya belajar untuk menerapkan kompetensi saat melakukan coaching yakni kehadiran penuh (presence), mengdengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saya dapat melakukan praktek coaching dengan menggunakan alur TIRTA dengan baik. Saya juga belajar menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Saya juga menghindari asumsi-asumsi pribadi yang timbul saat proses coaching sehingga sesuai dengan paradigma berpikir coaching yaitu fokus pada coachee yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.
Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP Indikator
Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
Bagaimana cara yang dapat dilakukan sehingga proses coaching untuk supervisi akademik dapat mencapai tujuan yang diharapkan?
Proses coaching dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila menerapkan menerapkan prinsip, kompetensi inti dan alur TIRTA dengan baik. Dalam setiap tahapan yang dilakukan mulai dari pra observasi, untuk menetapkan tujuan. Kemudian saat observasi, seorang coach harus menerapkan kehadiran penuh, mendengarkan dengan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot sehingga dapat menggali ide-ide yang akan menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi. Pasca observasi, coach dan pengamat akan melakukan refleksi dari proses coaching yang telah terjadi dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Dengan menerapkan semua alurnya dengan baik, tentu saja tujuan yang diinginkan akan tercapai dengan baik.
Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
Materi yang didapatkan dalam modul ini, saya mencoba mempelajarinya dengan baik kemudian saya terapkan dalam kelas. Misalnya untuk mencari solusi dari kasus yang dihadapi siswa. Kemudian sedapat  mungkin juga digunakan untuk mencari solusi bagi rekan sejawat yang mengalami kendala dalam pembelajaran di kelas.
Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan yang dihadapi dalam penerapan coaching untuk supervisi akademik adalah masih belum menjadi budaya di sekolah sehingga perlu kesediaan dan keterbukaan dari sesama rekan guru untuk menerima proses coaching. Selain itu, keterbatasan waktu dan beban kerja yang banyak sehingga sulit untuk mendampingi rekan guru secara berkelanjutan.
Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Alternatif yang bisa saya gunakan untuk penerapan proses coaching yakni pendekatan secara personal sehingga rekan guru lebih terbuka dalam mengungkapkan masalah yang dihadapi. Proses coaching juga dapat menggunakan media sosial (via whatss up) sehingga dapat dilaksanakan di waktu luang dan penggunaan waktunya lebih efisien.
Â
Membuat keterhubungan indikator
Pengalaman masa lalu
Pengalaman supervisi akademik yang saya pernah alami selama ini oleh guru senior/ kepala sekolah/ pengawas tidak menggunakan teknik coaching yang baik. Hanya sekedar memenuhi kewajiban tanpa memaknai proses supervisi itu sendiri. Dalam proses coaching yang dilakukan lebih mengarah kepada proses mentoring, dimana ada yang guru/ kepala sekolah berpengalaman dan memberikan penilaian sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Kegiatan supervisi yang dilakukan juga tidak melalui tahap pra observasi dan pasca observasi sehingga tidak berkelanjutan dan hanya sekedar penilaian kinerja di kelas saja.
Penerapan di masa mendatang
Saya berharap ke depannya, kegiatan supervisi akademik yang dilakukan dapat menggunakan proses coaching yang berkesinambungan dari pra observasi, observasi dan pasca observasi. Supervisi yang dilakukan juga hendaknya dilakukan dengan prinsip coaching dan menggunakan kompetensi inti serta menggunakan alur TIRTA sehingga menggali ide-ide yang kreatif dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Dengan mempelajari pembelajaran berdiferensiasi pada modul 2.1 maka kita dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan murid. Ditambah lagi dengan pembelajaran sosial emosional pada modul 2.2 maka akan tercipta pembelajaran yang holistik.
Setelah mempelajari kedua modul tersebut diatas, ditambah lagi dengan mendapatkan pemahaman yang baik dalam melakukan coaching, maka dapat melakukan supervisi akademik yang sesuai dengan kebutuhn sehingga dapat mengembangkan kompetensi guru dan juga berpihak pada murid.
Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Saya juga mendapatkan beberapa informasi tambahan dari hasil diskusi dengan rekan-rekan guru yang lebih senior dan berpengalaman dalam melaksanakan supervisi akademik sehingga menjadi refleksi untuk terus mengembangkan kompetensi yang saya punya.
Sekian koneksi antar materi modul 2.3 yang saya paparkan. Semoga tergerak, lekas bergerak dan mari menggerakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H