Dalam rangka untuk menyambut kehadiran bayi yang sedang dikandung sang istri, suami wajib mempersiapkan biaya untuk bersalinnya istri di rumah sakit/puskesmas/bidan. Serta pakayan baju, gerita, popok dan bedong, sarung tangan dan kaus kaki, kain selimut, kasur dan bantal guling, klambu dan kranjang, untuk pakayan sang bayi.
Selain itu sabun mandi, minyak telon, minyak kayu putih, bedak serta obat-obatan tradisional seperti jamu habis bersalin, pilis untuk dibagian kening kepala ibu yang habis melahirkan, telur ayam kampung dan madu lebah, untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Hal ini penting dipersiapkan dan dapat dibeli secara bertahap, sejak usia kehamilan istri minimal dalam 6 bulan. Khususnya bagi suami yang belum punya penghasilan tetap. Dalam hal ini suami istri wajib berkoordinasi dengan ibu dari istri, maupun ibu dari sang suami. Khususnya bagi suami istri yang baru mempunyai anak pertama.
ARI ARI BAYI PERLU DITANAM
Mengapa ari-ari dianggap sangat penting dan dihargai untuk ditanam, melalui proses ritual. Karena jasa ari-ari atau nama internasionalnya plasenta yang bertanggung jawab ketika bayi dalam rachim kandungan ibu hamil, diantaranya membentuk hubungan antara ibu dan bayi. Dengan memasok darah melalui tali pusat ke janin yang sedang berkembang.
Termasuk memberikan sekresi hormon yang diperlukan dalam tubuh ibu hamil, diantaranya mempersiapkan ibu hamil untuk menyusui bayi. Menyalurkan oksigen dan makanan kepada janin dalam kandungan. Ari-ari itu keluar dari rachim kaum ibu, bersamaan pada bayi yang dilahirkan.
Ari-ari itu wajib untuk segera ditanam, atau dikubur, kurang dari 24 jam setelah bayi dilahirkan. Maksudnya, agar tidak terjadi pembusukan. Pada umumnya, setelah bayi dilahirkan di rumah sakit, maka bidan ataupun perawat rumah sakit akan memberikan kantong plastik berisi ari-ari pada pihak keluarga dari ibu yang melahirkan.
Menurut tradisi sebagian besar bangsa Indonesia, penguburan airi-ari itu tidak bisa dilakukan secara sembarangan, melainkan punya tata cara Ritual khusus yang wajib dilakukan oleh ayah dari sang bayi.
Contohnya ; Ari-ari wajib dicuci terlebih dulu. Kemudian diremat-remat dengan garam kasar, dan dibilas bersih dengan air. Setelah itu, ari-ari tersebut ditempatkan pada kain kapan, lalu masukkan asam jawa, jeruk nipis dan lain sebagainya, menurut kepercayaan masing-masing daerah.
Kemudian dibungkus dan masukkan kedalam suatu tempat, misalnya kendi yang terbuat dari tanah. Lalu dikubur kedalam tanah, dengan kedalaman sekitar 50 Centi meter. Setelah kendi itu dimasukkan kedalam lobang, timbunlah dengan tanah yang dipadatkan.
Setelah itu bacalah do'a sesuai dari kepercayaan agama masing-masing, dengan harapan agar pertumbuhan sang bayi kelak dapat hidup sejahtra, berguna bagi nusa dan bangsa, serta taat pada agamanya masing-masing.
Menurut pendapat sebagian besar suku bangsa Indonesia, ari-ari sangat berjasa terhadap sang bayi, sejak didalam kandungan. Ari-ari atau plasenta memiliki empat fungsi saat di dalam rahim, diantaranya mengirimkan gizi dan oksigen dari darah ibu pada janin.
Ari-ari membawa karbondioksida dan sisa pembuangan janin kembali ke darah ibu, selain itu, ari-ari juga mengeluarkan hormon human chorionic gonadotrophin (HCG), progesteron dan oestrogen.
Hormon-hormon ini penting untuk menjaga kesehatan dinding rahim, pertumbuhan payudara dan membantu rahim melebar untuk mengakomodasi ukuran tubuh bayi. Pada saat bayi lahir, maka fungsi ari-ari tersebut juga telah selesai. Â
MENGHARGAI RITUAL ARI ARI
Sebagaimana keterangan yang dihimpun penulis menyebutkan, ada tiga negara yang melakukan ritual dalam mengubur ari-ari, Â atau plasenta bayi. Dianataranya ; Indonesia, Turki, Malaysia.
Untuk di Indonesia. Plasenta, atau ari-ari dianggap kakak dari sang bayi yang dilahirkan, dan plasenta sebagai pelindung bayi sepanjang hidupnya. Dari itu plasenta atau ari-ari perlu dikubur, tidak dibuang bigitu saja.
Untuk di negara Turki. Masyarakatnya percaya, tentang adanya hubungan ikatan batin, antara masa depan seorang anak dengan plasenta. Dari itu maka plasenta tidak dibuang, tetapi dikubur atau dikebumikan dengan baik, ditempat tempat khusus.
Contoh semisalnya, kalau seorang ayah ingin bayinya tumbuh menjadi individu yang taat pada agama, maka plasenta tersebut dikebumikan di sekitar halaman masjid. Demikian halnya, apabila plasenta itu dikubur di kandang hewan, konon katanya sang anak akan menjadi pecinta binatang.
Untuk negara Malaysia, masyarakatnya sangat menghargai ari- ari atau plasenta ada hubungan batin dengan ibu dan bayi yang dilahirkan. Dari itu, menurut tradisi Melayu, plasenta harus dikubur dengan benar. Setelah dibersihkan, plasenta diberi alas  selembar kain putih dan diberi jarum, buku, dan pensil, lalu dikubur. Disertai do'a puji sukur kapa Allah, atas rachmat dan redonya diharapkan masadepan bayi dapat berbakti pada orang tua, bangsa dan negara. Â
SYUKURAN PUPUT PUSAT BAYI
Setiap keyakinan suatu suku dan agama, punya caranya masing-masing dalam melakukan sebuah tradisi. Kita harus menghargai adanya cara perbedaan tersebut. Umat muslim misalnya, setiap  anak bayi yang lahir dan setelah dibersihkan, sang ayah wajib melantunkan Azan di telinga bayi untuk anak laki-laki, dan Komad, untuk bayi wanita.
Demikian halnya setelah menguburkan ari-ari, sang ayah bayi memberikan doa, membaca shalawat. Pada saat puput tali pusat bayi, sering juga dilakukan acara kenduri atau sedekah, untuk memohon pada Tuhan YME, agar si anak mendapat berkah, diberi kesehatan dan keselamatan. Acara kenduri atau sedekah itu dilaksanakan sesuai kemampuan.
Kalau kurang mampu, bisa dilakukan melalui antar mengantar pada beberapa rumah dilingkungan tetangga. Kalau ada rezeki, bisa dilaksanakan dengan mengundang puluhan orang, untuk ikut mendoakan, atas ibu dan bayi yang telah dilahirkan dalam keadaan selamatan.
POTONG RAMBUT DISERTAI MEMBERI NAMA BAYI
Selain itu, dalam acara potong rambut dan memberi nama bayi, pada umumnya dilakukan dengan menyembelih hewan berupa domba/kambing. 1 ekor untuk bayi perempuan, 2 ekor hewan  kambing untuk bayi laki-laki, sebagai Aqiqah.
Acara sedekah Aqiqah tersebut, merupakan anjuran bagi umat beragama islam, untuk meneladani Nabi Muhammad SAW. Acara Aqiqah kadang juga dilaksanakan bersamaan dengan acara selapanan.
Hal itu di lakukan, sebagai rasa syukur atas kelahiran ibu dan bayi dalam keadaan selamat, sekaligus doa. Agar kedepannya si jabang bayi selalu diberi kesehatan (Djohan Chaniago). Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H