(daku yang kehilangan, menemukan jejakmu lewat lisan dan tulisan. Biar bait ini, mendunia, dibaca oleh jutaan mata, dan sampai padamu yang membisu dibalik nisan jauh diperantauan)
Ketika kecil dulu.Â
Aku tak begitu mengenalmu.
Sekilas ku tatap dalam potret di dinding gubuk.Â
Dirimu terlihat tampan .
Kudengar dari ibu "itu adalah ayah".
Selebihnya dirimu ayah, hanya elusan bayangan.
Yang senantiasa mendongengiku kala malam.
Membantuku merangkai mimpi indah.Â
Membangunkanku dari keterlelapan.Â
Kucoba telusuri jejak langkahmu.
Menemuimu dalam bait.
Tumpukan kertas-kertas Lapuk.
Berjilid tebal bertulis "Dailami Wirya"-
Sungguh begitu indah tulisan-tulisanmu.
Meski demikian,Â
Ayah.
Tak dapat ku gambarkan secara jelas.
Semua tentangmu.
Hanya bayangan-bayang indah jika kau ada.Â
Ayah.
Yakinkah kau mendengarku.Â
Yang bagai sebatang pohon ditengah gurun.Â
Hanya menunggui jalan cerita selanjutnya.Â
Aku yang merindukanmu.
Tak dapat membisik pada siapapun.
Selain dalam bait-bait ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H