Mohon tunggu...
Jamal Syarif
Jamal Syarif Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti dan pengajar

Sinta ID: 6023338

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar di Lapangan, Antara Idealisme dan Realitas

2 Desember 2024   07:30 Diperbarui: 2 Desember 2024   07:53 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Solusi yang Ditawarkan

Untuk menjembatani idealisme Kurikulum Merdeka dengan realitas di lapangan, diperlukan langkah-langkah konkret yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Berikut beberapa solusi yang dapat ditawarkan:1) Peningkatan Pelatihan Guru. 

Pelatihan intensif dan berkelanjutan sangat diperlukan agar guru memahami filosofi dan teknik implementasi Kurikulum Merdeka. Pelatihan ini harus dirancang secara inklusif, mencakup kebutuhan guru di daerah terpencil, dan memanfaatkan teknologi untuk menjangkau lebih banyak peserta; 2) Dukungan Sumber Daya. 

Pemerintah harus memastikan distribusi sumber daya pendidikan yang merata, termasuk perangkat teknologi, bahan ajar, dan fasilitas pendukung lainnya. Kemitraan dengan sektor swasta juga dapat membantu memenuhi kebutuhan sekolah, terutama di daerah tertinggal; 3) Pemberdayaan Lokal. 

Salah satu kekuatan Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitasnya. Sekolah dapat mengadaptasi pembelajaran berbasis proyek dengan memanfaatkan potensi lokal. Misalnya, sekolah di daerah pesisir dapat mengembangkan proyek berbasis lingkungan seperti konservasi laut, sementara sekolah di pedesaan dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk proyek kewirausahaan; 4) Evaluasi yang Lebih Sederhana dan Relevan.

Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Guru perlu dilatih untuk merancang evaluasi yang praktis, tetapi tetap relevan dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan teknologi untuk penilaian juga perlu dipertimbangkan untuk mengurangi beban administratif guru; 5) Kolaborasi antara Guru, Orang Tua, dan Komunitas.

 Implementasi Kurikulum Merdeka tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru. Dibutuhkan dukungan dari orang tua dan komunitas untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Kolaborasi ini juga dapat memperkaya pembelajaran berbasis proyek dengan melibatkan berbagai perspektif.

Refleksi dan Harapan

Kurikulum Merdeka adalah langkah progresif dalam sistem pendidikan Indonesia. Meski penuh tantangan, konsep ini memiliki potensi besar untuk menciptakan generasi yang kritis, kreatif, dan berkarakter. Namun, agar idealisme ini dapat terwujud, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk mengatasi hambatan di lapangan.

Sebagai bangsa yang beragam, kita harus memahami bahwa keberhasilan Kurikulum Merdeka tidak terletak pada keseragaman implementasi, melainkan pada kemampuan kita untuk menyesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru, sebagai ujung tombak pendidikan, harus diberdayakan dan didukung secara maksimal agar mampu menghadapi tantangan ini.

Kurikulum Merdeka bukan sekadar dokumen kebijakan, tetapi cerminan dari visi kita tentang masa depan pendidikan. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, kita dapat menjembatani kesenjangan antara idealisme dan realitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun