Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karim Arbi, Pahlawan Koperasi "Credit Union"

13 September 2019   06:40 Diperbarui: 13 September 2019   07:07 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Tanggal 11 September, seluruh insan koperasi credit union mendoakan, memperingati wafatnya inisiator, pendiri credit union di Indonesia, Pater Karim Arbi. Biarawan Yesuit asal Jerman inilah yang berperan aktif memperkenalkan, menginisiasi koperasi credit union di Indonesia. 

Tidak banyak yang mengenal beliau karena memang sedikit sekali artikel, tulisan tentang beliau. Salah satu diantara yang sedikit tersebut, saya dikirimi artikel tentang Pater Karim yang ditulis oleh Bung Tonnio IRT, penulis Majalah PICU, Inkopdit. Atas ijin yang bersangkutan, saya memposting artikel tersebut di kompasiana ini supaya semakin banyak orang mengenal jasa-jasa Pater Karim. Selamat membaca).

Romo Albrecht  menyudahi makan malam bersama Romo Joseph Ageng Marwata, SJ dan 3 pemuda Timor Timur. Kota Dili gelap karena listrik padam. Sekitar pukul 19.30 Romo Albrecht masuk kamar tidur karena merasa tidak enak badan. Rupanya ini makan malam terakhir Romo Carolus Albrecht kelahiran Jerman, 19 April 1929.

Kurang lebih 1 jam kemudian tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah belakang garasi. Karena suara tembakan itu Romo Ageng masuk ke dalam rumah. Justru Romo Albrecht terbangun dan bergegas ke luar rumah.

"Saya tak dapat mencegah. Saya melarang ketiga pemuda mengikuti romo. Saya ikuti romo. Di sudut garasi romo berhenti. Saya pun berhenti. Jarak saya dengan romo 7 - 9 meter di belakangnya. Romo Albrecht berkata keras:"Siapa kamu? Apa yang kamu cari?  Matikan senter, suara sahutan. 

Saya mematikan senter. Namun romo tidak dan mengajukan pertanyaan sama. Matikan lampu, suara jawaban. Refleks saya tiarap sambil berteriak agar romo mematikan senter. Lalu terdengar 2 kali suara tembakan. Saya lihat romo jatuh. 

Terdengar suara orang berlari meninggalkan halaman", demikian kesaksian Romo Ageng yang dimuat CM Rien Kuntari dalam buku yang ia tulis "Timor Timur Satu Menit Terakhir" , Mizan Pustaka, Bandung 2009.

Bukan saja makan malam terakhir juga malam penghabisan. Carolus "Karl" Albrecht yang setelah menjadi WNI memilih nama Karim Arbie menyudahi hidup pelayanannya malam 11 September 1999 di Dili, ibu kota Provinsi Timor Timur.

10 tahun kemudian setelah kematiannya,  seorang sahabat Romo Albrecht sejak 1960 yakni Daisy Taniredja membuat perayaan misa kudus , Sabtu 12 September 2009 di Aula Katedral Jakarta. Misa mengenang almarhum.yang datang ke Indonesia, Desember 1958 dan langsung  berkarya di Girisonta, Jateng. 

Saya hadir ikut misa itu karena ingin mengetahui informasi lebih lanjut mengenai sosok romo.Waktu itu saya sedang mengumpulkan bahan untuk buku "40 Tahun Gerakan Koperasi Kredit Indonesia". Buku ini terbit Mei 2010.

Apa hubungannya Koperasi Kredit dengan almarhum?  Romo Albrecht pada 4 Januari 1970 mendirikan CUCO (Credit Union Counselling Office). Kantor ini adalah cikal bakal Inkopdit (Induk Koperasi Kredit).

Dalam usaha memperoleh informasi tentang jam-jam terakhir Romo Albrecht saya mengontak Rien Kuntari yang kukenal karena sama-sama anak Palmerah. Dia Palmerah Selatan. Saya Palmerah Barat. Agak susah sedikit mengontaknya sejak Rien tak lagi di Kompas. 

Akhirnya saya dapat alamat e-mailnya. Saya kirim e-mail. Ternyata Rien tinggal di New York. Ia menyarankan kontak Romo Ageng. Saran ini saya ikuti meski rada susah juga menghubungi Romo Ageng.
Saya sudah lupa dari siapa mendapatkan alamat e-mail Jesuit ini.

Dari Romo Ageng saya mendapat info sekitar tertembaknya Romo Albrecht. Ia memperkirakan peluru yang terlontar dari senjata api pada malam itu, salah alamat. 

"Saya yakin mereka sebenarnya mencari saya karena sudah beberapa kali saya mendapat peringatan. Tetapi karena yang keluar duluan dan membawa senter Romo Albrecht, beliau yang menjadi korban." Pengakuan Romo Ageng ada dalam buku saya.

Lima hari sebelumnya juga di kota yang sama peluru menghilangkan nyawa Romo Tarcisius Dewanto, seorang Jesuit muda asal Indonesia yang sedang berkarya di Timor Timur. September 20 tahun bukanlah September Ceria seperti nyanyian Vina Panduwinata. Udara Jakarta sedang panas-panasnya demikian juga suhu politiknya terasa panas. 

Selain karena Soeharto baru 16 bulan sebelumnya digulingkan kekuatan rakyat dipimpin para mahasiswa, juga karena Presiden BJ Habibie memutuskan menyelenggarakan referendum di Timor Timur. Dili terbakar. Timor Timur membara. Dan beberapa Jesuit korbannya. 

Sampai saat ini belum diketahui siapa yang menembak Romo Albrecht meski dugaan kuat adalah milisi pro Indonesia. BJ Habibie tadi sore tutup usia. RIP.

Sampai akhir hayat, Romo tetap  mengembangkan Credit Union (Koperasi Kredit). Sabtu ini, 14 Sept 2019 di Hotel Amaris - Juanda -  Jkt akan diadakan misa mengenang 20 tahun wafat Romo Albrecht. Esoknya sehari penuh akan berlangsung seminar mengenai sosok romo dalam Gerakan Koperasi Kredit Indonesia. 

Kedua acara ini diadakan oleh YAKA (Yayasan Karim Arbie) yang didirikan Daisy, Robby Tulus dan lain-lain. Daisy dan Robby adalah dua orang yang bekerja sama dengan Romo Albrecht merintis Credit Union 50 tahun lalu.

Robby Tulus meski sudah menjadi warga negara Kanada dan tinggal di Ottawa tetap mengembangkan Credit Union. Ia diminta menjadi salah seorang Penasihat Inkopdit. Robby yang tahun depan (2020) berusia 80 tahun akan menjadi pembicara kunci dalam seminar Ahad ini. 

Pembicara lainnya adalah FX Bambang Ismawan, pendiri Bina Swadaya dan Majalah Trubus yang pada 1968 menghadiri Konferensi SELA di Bangkok. Konferensi itu membicarakan kemungkinan Gereja Katolik di Asia mengembangkan CU. 

Bambang mengambil jalan berbeda dengan Robby karena Bambang kemudian lebih fokus mengembangkan LSM Bina Swadaya. Sama juga halnya Daisy yang karena kesibukannya di Kompas, sebentar saja aktif di CUCO.

Saya diundang menghadiri kedua acara ini. Selain ingin khusus berdoa untuk romo (meski saya yakin ia telah memperoleh surga), saya diberi kepercayaan lagi menulis buku 50 Tahun Credit Union di Indonesia. Kali ini tema yang diminta Inkopdit adalah : integrasi nasional.

Romo Albrecht sangat mencintai Indonesia dan orang-orang miskin. Ia membawa CU ke Indonesia agar orang-orang miskin saling membantu keluar dari lilitan kesulitan keuangan. Ia juga direktur pertama Lembaga Daya Dharma sejak 1962  hingga 1980.

Hari ini setelah 50 tahun setelah Romo Albecht dibantu Robby yang tulus bekerja mendirikan CUCO, ada 3,1 juta orang Indonesia menjadi anggota CU.

RIP Romo Albrecht, SJ.
Tonnio Irt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun