Mohon tunggu...
Jainal Abidin
Jainal Abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - jay9pu@yahoo.com

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Pamer Kekayaan dan Cara Menghindarinya

15 Maret 2023   23:53 Diperbarui: 16 Maret 2023   00:02 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pamer kekayaan untuk masa sekarang menjadi tren. Bahkan untuk melakukannya tidak jarang melakukan manipulasi pekerjaan. Biasanya dengan sejarah kaya mendadak atau tiba-tiba. Kalau memakai istilah zaman dulu OKB, orang kaya baru.

Sebutannyapun sekarang bukan kaya karena kesannya sebutan kaya itu jadul. Orang akan lebih senang jika dipanggil milyader. Zaman sekarang kalau hanya berjuta itu belum kaya karena chip dalam game online yang dibagi gratis saja 2 Milyar.

Hal ini tentu berbeda sekali dengan zaman dulu bahwa kekayaan bukan soal uang dan materi saja. Kekayaan orang zaman dulu lebih pada aset dan investasi, sehingga minim sekali hutangnya. Berbeda dengan orang sekarang, semakin kaya maka semakin besar hutang yang dimilikinya.

Pamer kekayaan sudah menjadi sikap yang tidak bisa dibendung lagi secara sosial. memang media sosial menyediakan sarana untuk itu. Sehingga setiap orang pasti akan tergiur untuk melakukannya.

Di status WA setiap orang bisa mengupdate makanannya. Kemudian rumahnya dan pakaian branded yang dikenakan. Kemudian tempat jalan-jalannya atau tempat healing yang super wah-mewahnya.

Tidak hanya status WA, ada instagram tiktok facebook dan seterusnya.

Tidak akan menjadi soal andaikan yang dipamerkan adalah harta kekayaannya sendiri. Kebanyakan orang yang suka pamer harta yang digunakan bukan sepenuhnya miliknya. Karena orang kaya sesungguhnya tentu tidak akan suka memamerkan kekayaannya.

Disamping membahayakan keberadaan hartanya yang sewaktu-waktu bisa dicuri tapi juga resiko keamanannya juga besar. Sehingga orang yang betul berharta tentu tidak akan digunakan sekedar hanya untuk pamer.

Maka jika ada orang suka pamer anggap saja orang tersebut belum sepenuhnya kaya. Karena bisa saja yang digunakan untuk pamer hanya harta pinjaman. Bisanya hanya pamer belum bisa memilikinya.

Begitu salah satu cara untuk menyikapi orang yang suka pamer kekayaan agar kita tidak sakit hati. Sakit yang sangat sakit rasanya tapi tidak luka dan juga tidak berdarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun