Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalah Level, Solusi dan Strateginya, FIFA Match Day vs Argentina

11 Juni 2023   13:55 Diperbarui: 11 Juni 2023   14:03 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalah Level. Solusi dan Strateginya.

Dua kali pernyataan bernada sama dari pelatih kelas dunia Jose Mourinho bersama Chelsea, dan Arsene Wenger sang profesor Arsenal, bahwa kapasitas timnas Indonesia saat itu tidak cukup untuk melawan mereka. Digilas Chelsea 8-1, dan dibantai Arsenal  7-0. Skor memang menjadi bukti kemampuan timnas saat itu. Apa yang dimaksud kapasitas ?  Tentu saja fisik, teknik, mental, dan level yang tidak memadai.

Tanpa bermaksud mengecilkan Timnas Indonesia, maupun Coach Shin Tae Yong (STY). Mau tidak mau harus diakui bahwa Indonesia secara level berada di bawah Argentina. Dari sisi prestasi bahkan bak bumi dan langit. Argentina sangat tinggi, Indonesia ada jauh di bawahnya. Argentina Juara Dunia 3 kali. Indonesia juara SEA Games 2023. Meski Indonesia pernah tampil di Piala Dunia Perancis  tahun 1938 , menurut saya bukan karena prestasi, tapi karena faktor sebagai negara jajahan Belanda. Ironis memang.

Sisi pelatih memang kita bisa berbangga  saat ini, karena ditangani pelatih Korea Selatan yang berhasil mengalahkan Jerman tidak di kandang sendiri, Shin Tae Yong. Pelatih ini juga membawa Seongnam menjadi Juara Liga Champion Asia 2009/2010. Wajar jika Indonesia saat ini sedikit diperhitungkan dalam pergaulan sepak bola dunia, berkat Shin Tae Yong, tetapi tidak serta merta bahwa Indonesia levelnya mendekati Argentina. Rangking 149 FIFA bukanlah apa-apa bagi tim asuhan  Scaloni.

Saya akan membahas atau mungkin mengajak anda mendiskusikan hal ini, soal hal-hal teknis sepak bola dalam kaitannya jika beda level.

Level teknis apa saja sebenarnya yang bisa kita soroti ? Ada beberapa hal teknis yang bisa membedakan sebuah tim dengan tim lainnya yaitu fisik, teknik, mental dan pengalaman.

Mari kita bahas satu persatu hal tersebut, termasuk solusi, dan strateginya.

Fisik. Fisik meliputi : speed, power,  speed endurance.

Speed

Speed atau kecepatan, dalam sepak bola adalah kemampuan seorang berlari membawa bola, bersaing mengejar bola, bereaksi, dalam waktu  lebih singkat. Speed berkaitan kondisi anatomi tubuh, serat otot, kekuatan, dan hasil latihan. Sangat sulit mengukur apakah Argentina memiliki kecepatan rata-rata lebih tinggi dari Indonesia atau bahkan pemain Indonesia lebih cepat, karena jarang tim-tim besar  mengeluarkan data statistik kecepatan rata-rata pemain sebuah tim secara  keseluruhan.

Indikator yang  bisa kita gunakan, mungkin bisa kita teliti berapa lama tim  Argentina dalam satu serangan bisa mencapai gawang lawan. Semakin cepat mencapai gawang, maka semakin cepat tim bermain. Kecepatan juga bisa dilihat berapa banyak sentuhan dalam satu sampai dua  menit. Semakin banyak  sentuhan dalam waktu yang pendek, akan semakin tinggi kecepatan bermainnya. Kecepatan transisi dalam menyerang dan bertahan juga menjadi indikator seberapa cepat  bermainnya, karena tim yang baik, tetap bisa menguasai bola dengan kecepatan yang   berubah-ubah, kadang cepat, kadang lambat, tempo diatur sedemikian rupa, sehingga bermain efisien.

              Solusi

Timnas sebaiknya memang tidak ke-pede-an menganggap speed-nya tidak berbeda dengan Argentina, langsung  bermain dengan kecepatan tinggi tanpa melakukan penjajagan. Akibatnya kalau ternyata pemain Argentina lebih cepat dalam serangan balik  timnas bisa dihukum dengan gol.

Solusinya tentu saja adalah menjajagi : pertama seberapa cepat  mereka bereaksi dengan pressure cepat dan ketat. Kedua seberapa cepat mereka mengalirkan bola, apakah bola bisa diintersep atau tidak passingnya, jika tidak berarti kecepatan reaksinya kalah level. Ketiga ajak adu lari satu-lawan satu, seberapa cepat bisa mengimbangi lari lawan, akan menunjukkan seberapa cepat lawan yang dihadapi. Penjajagan akan menghasilkan indikator, dari sisi kecepatan kalah atau menang, meskipun tim-tim yang sudah matang  justru sebaliknya  mampu mengontrol permainan untuk mengukur kecepatan lawan.

                Strategi

Jika sudah mengetahui seberapa cepat lawan, strategi segera harus diputuskan mana yang terbaik terutama untuk mengungguli lawan. Jika lawan lebih cepat berpikir juga harus lebih cepat, tidak main tebas lawan yang membawa bola, delay dengan cara mengikuti alur berlari, jika sudah dekat baru intercep atau tackling. 

Jika kecepatan reaksi lebih tinggi, tentu harus pressure lebih cepat, akurasi passing harus bagus, dan selalu bergerak jika menerima umpan, tentu saja jemput bola harus mengerahkan lari lebih cepat, kalau tidak akan kesulitan menguasai bola, dan akan jadi bulan-bulanan lawan.

Yang terpenting jika kalah kecepatan harus tetap percaya diri dan bekerja keras, untuk berlari lebih dari kecepatan yang dimilikinya. STY mengistilahkan mau berkorban lebih, jangan cepat menyerah. Bola bulat, artinya segala kemungkinan bisa terjadi jika bekerja keras, begitu filosofinya.

Pemain-pemain Indonesia dikenal memiliki start pendek yang lebih cepat dibandingkan pemain-pemain top Asia dan Eropa. Jika ini mau digunakan sebagai strategi serangan balik cepat, pemain Indonesia harus memperbaiki  akurasi eksekusi saat berhadapan dengan penjaga gawang. Juga menutup kelemahan retreat, gerakan mundur. Pemain Indonesia tergolong lambat, dan sering kehabisan bensin kalau harus adu lari mundur.

Power

Secara kasat mata pemain-pemain Indonesia kalah kekar, dan kontruksi tulang dari Argentina. STY pernah mengeluhkan bahwa pemain Indonesia sangat lemah secara fisik terutama massa otot yang kurang, sehingga tidak memiliki power untuk bermain cepat terus menerus. Hal ini disebabkan habit gizi saat  masih kecil, dan latihan fisik yang terlambat, U-14  pembinaan massa otot memang sudah dimulai, tetapi volume yang kurang, dan fasilitas latihan tidak memadai menyebabkan kapasitas massa otot tak terbentuk, pemain nampak langsing dan kurang berotot. Klub juga menetapkan standar fisik yang rendah sehingga kemampuan fisik terutama power  tidak terlalu baik.

Berangsur fisik dan massa otot  memang  membaik, setelah STY menggenjot  latihan 3 kali, dan menambah  melalui latihan di gym. Beberapa pelatih protes, karena olah fisik membutuhkan TC lebih lama. Tetapi hasilnya luar biasa pemain menjadi lebih berotot dan kuat, dan mampu bermain dengan terus berlari sepanjang  90 menit. Hal positifnya beberapa pemain rupanya berhasil terprovokasi, meskipun sudah tak dipanggil timnas mereka tetap membangun fisiknya secara mandiri. Fajar Faturrahman dan Irfan Jauhari terlihat sangat berotot  saat main di timnas U-22, dan penampilannya meningkat pesat.

STY juga mulai memilih pemain dengan tinggi badan yang lebih baik, dan berotot, meskipun itu bukan jaminan bisa bertahan meskipun tinggi badan baik. Terakhir STY memanggil beberapa pemain mungil  tetapi skill tinggi, Rico Simanjuntak. Beberapa pemain  keturunan dengan tambahan gen Eropa tentu memiliki struktur tulang dan otot lebih baik.

Jadi optimis power bisa mengimbangi Argentina ? Saya kira ini baru permulaan, mudah-mudahan tempaan fisik waktu sebelumnya masih ada, karena masa persiapan sangat pendek.

                Solusi

Berani bertarung body to body, jangan "ngeper"  lihat   Mc Allister yang kekar. Tetap berani beduel, dan tidak membuat pelanggaran yang fatal kalau kalah body, karena akan merugikan tim.

                Strategi

Bermain dengan menggunakan flexibilty, dan menghindari tabrakan yang tidak perlu.

Speed Endurance

Tim-tim besar biasanya punya kemampuan yang baik untuk bermain cepat terus menerus, dalam waktu yang lama. Argentina pasti lebih baik, sedangkan Indonesia baru membangun speed endurance. Beberapa FIFA Matchday speed endurance sudah ditunjukkan dengan baik, meskipun belum 100 persen, artinya banyak pemain yang habis staminanya 10-20 menit terakhir.

                Solusi

STY pasti tidak suka jika pemain mencoba mengatur "pace" untuk mengirit  tenaga, karena kalau kalah level, dan motivasi kita turun akan makin ketinggalan jadi tetap termotivasi bermain kuat walaupun sudah habis, lewati kelelahan.

Strategi

Berani menguasai bola lebih lama, tidak terburu-buru menembak ke arah gawang. Artinya timing menembak harus tepat dalam mengambil keputusan . Jangan cepat kehilangan bola.

Teknik

Hampir semua pemain dunia belajar teknik dengan benar, di sekolah sepak bola, akademi, atau di klub. Di klub biasanya teknik tak dipelajari lagi, tetapi diasah terus-menerus, sampai mahir dan sempurna dalam penggunaannya. Pemain-pemain alam belajar sendiri di lapangan dengan menggunakan kemampuan fisiknya, instink, dan karakter. Oleh sebab itu pemain alam terkadang bisa mengeluarkan teknik di luar nalar, atau di luar yang dipelajari di sekolah.

Ronaldinho, Neymar, Maradona, Messi, Ronaldo, Zidane, punya  teknik yang  khas, yang berbeda satu sama lain. Jika anda mencermati buku Wiel Coerver Method, Anda bisa menemukan teknik Ronaldo, dan teknik-teknik pemain dunia lainnya. Coerver memang salah satu profesor sepak bola yang mendokumentasikan teknik-teknik pemain sepak bola seluruh dunia, bahkan menciptakan teknik-teknik baru, yang mungkin anda belum banyak mengenalnya. Era Ronaldo-Messi, adalah era dimana banyak pemain dunia menggunakan teknik-teknik sepak bola yang tinggi, yang menurut pengamatan saya menggunakan teknik-teknik Coerver. Sejak 20 tahun terakhir  memang banyak sekali di seluruh dunia  sekolah-sekolah sepak bola, yang menggunakan Coerver Method untuk melatih pemain usia dini, makanya sekarang bisa dilihat  tidak cuma Brazil yang memiliki teknik tinggi tetapi pemain-pemain Eropa Timur dan Asia menggunakan teknik yang luar biasa, dan enak ditonton.

Bagaimana dengan Argentina  ? Tidak seperti Brazil yang suka bermain "sirkus" sepak bola---mempertontonkan  teknik jogo bonito,  pemain-pemain Argentina rata-rata memiliki teknik yang sempurna , ditunjang  aplikasi dan fisik yang baik. Mungkin hanya Maradona dan Messi, yang memiliki teknik yang "out of the box".

Teknik sepak bola meliputi dribbling (menggiring bola), feinting (gerak tipu melewati lawan), passing (mengoper/mengumpan), heading (menyundul bola), shooting (menembak), keeping/screening  (melindungi bola), control and stopping ( mengentikan dan mengontrol bola), tackling dan blocking (merampas bola dan memblokir  passing dan tembakan), dan throw in (melempar ke dalam), hanya lemparan kiper tekniknya berbeda.

Bagaimana  dengan teknik pemain Indonesia ?

Sejauh ini semua teknik tersebut  pemain Indonesia  menguasai cukup baik, kecuali heading dan passing. Kemampuan  heading  sudah semakin baik. Jordi Amat, Boas Sallosa adalah segelintir pemain dengan teknik yang sempurna.

Shin Tae Yong  (STY) saya kira berhasil memperbaikinya melalui latihan khusus, meskipun beberapa pemain belum sempurna, tapi nampak sekali kemajuan yang diperoleh, berani berduel dan mencetak gol lewat heading. Aplikasinya memang harus diperkaya lagi, tidak hanya bisa membenturkan kepala ke bola, akurasi, arah, dan angle masih bisa dikembangkan.

STY sering mengeluhkan passing pemain Indonesia sangat buruk. Hal ini memang benar  adanya. Orang Indonesia suka show up soal passing, bahkan kadang menggunakan teknik dasar yang salah, sehingga bola mantul-mantul di atas tanah, dan akurasinya jelek. Saat ini kesalahan passing sudah semakin minim, hanya masalahnya di aplikasi. Akurasi passing ditentukan oleh teknik dasar yang benar, kecepatan passing, dan mental pemain. Masih sering terjadi pemain memberikan passing dalam keadaan tertekan, tanpa mempertimbangkan penerima umpan dalam keadaan siap atau tidak, dalam keadaan tertekan passing biasanya kehilangan akurasi.

Solusi

Perkuat mental sehingga bisa mengeluarkan teknik yang dimilikinya. Lupakan kebesaran nama Argentina. Gunakan kecepatan yang dimiliki.

               

Strategi : Hati-hati "sihir" Messi

Selalu jemput bola saat passing. Pressing  jangan renggang jika bertahan, atau delay (hambat) pemain dengan sabar dan lebih cepat. Jangan "nonton" Messi, harus tetap fokus bermain. Messi  dan Di Maria bisa menyihir  siapa saja. Foto-foto nanti aja sesudah main.

Mental dan Pengalaman

Pengalaman tentu kita kalah jauh soal level. Argentina juara Piala Amerika dan Piala Dunia. Pemainnya rata-rata berkarir di level atas kompetisi Eropa. Yang bisa menaikkan kemampuan kita Cuma mental. Tidak merasa underdog. Semua tim yang turun ke lapangan punya kesempatan yang sama untuk menang.

                Solusi

Argentina tetap bisa dikalahkan, perkuat mental saja, jangan menyerah dan  minder saat mereka menguasai keadaan. Sejak kekalahan Jerman atas Korea, Argentina atas Arab Saudi,  Jerman dan Spanyol atas Korea. Tim-tim Asia tak lagi bisa dianggap remeh.

                Strategi

Putus aliran bola ke Messi, tetap percaya diri dan  bermain kolektif. Bermain ala Widodo C. Putra penyerang timnas Indonesia, dia justru pemain yang bermental baja. Ketika bermain dengan tim-tim luar ia justru mengeluarkan skill hebatnya, melewati 2 tiga pemain, dan mencetak gol.

Barangkali kita perlu menyitir kata pelatih Arab Saudi saat mengalahkan Argentina di Piala Dunia 2022, Herve Renard  ."Semuanya bisa terjadi di sepak bola. Kadang, lawan Anda tidak terlalu termotivasi melawan tim yang levelnya jauh di bawah, ini normal". Kemudian ini kata-kata motivasi saat  jeda "Bakat Anda bakal menjadi pembeda. Tetap tenang.

Selamat menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun