"haha, gak kok Pak Andi, gak ada sedih". Jawabnya
"saya tau Pak Zami, seperti tahun lampau kah? Tak diizinkan mudik sama Bos China itu".
"iya Pak, kemungkinan tak di izin kan Pak Cik". Jawab Pak Zami lagi.
"sudahlah Pak Zami, kita semua kan dah jadi keluarga, berhari raya di sini sajalah Pak Zami". Tawar Pak Andi
"bukan begitu Pak Cik, dah lama rasanya tak balik kampung. Dah rindu sangat sama keluarga di kampung, apalagi anak sulung saya si Zami". Terlihat mata Pak Zami berkaca-kaca menceritakan kisahnya kepada Pak Andi.
Sudah lama rasanya Pak Zami menahan rasa rindu dengan anaknya, dari mulai anaknya belum masuk sekolah sampai sekarang sudah menginjak kelas 3 SD, ingin rasanya mengantarkan anaknya ke Sekolah, tapi apa daya demi mereka jugalah pergi mencari nafkah di rantau orang. Kalau tak begini, mau dikasih apa keluarga di rumah. Seorang bapak yang hanya lulusan Sekolah Dasar.
Ia pun berangkat ke lokasi kerja, seperti biasa. Pak Zami melakukan kegiatannya sehari-hari, membuat besi yang keras dan merancangnya. Begini pekerjaan meski terik panas dan tetesan keringat ia lakukan dengan semangat dan ia pun tetap menjalankan ibadah puasa. Sungguh sosok yang luar biasa. Di tengah pekerjaan, ia menyempatkan diri menemui Bos nya untuk meminta cuti kerja.
"selamat siang, Bos". Ucap Pak Zami
"ia selamat siang, kenapa?". Tanya si Bos.
"saya minta Izin cuti lebaran Bos, sudah rindunya rasanya dengan keluarga". Ucapnya.
"tak ada cuti-cuti, oe tak kasih cuti, Islam, Kristen, bahkan hindu agama oe tak ada libur-libur ha, nanti oe kasih gaji tambahan awak, biar awak senang". Jelas Bosnya secara tegas.