Mohon tunggu...
jaja jamaludin
jaja jamaludin Mohon Tunggu... Penulis - Dosen di Universitas Bosowa

Sebagai praktisi pendidikan di Universitas Bosowa yang fokus pada pendidikan sains, fisika terapan, green technology, green energy serta agriculture. Selain itu menaruh minat pada soal-soal social, politic dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peta Jalan Revitalisasi Pendidikan Vokasi

19 Januari 2017   08:17 Diperbarui: 19 Januari 2017   08:33 3840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua, Lembaga  Pendidikan Swasta sangat Proaktif.Lembaga pendidikan swasta merupakan kekuatan penting dalam pembangunan  Pendidikan vokasi di Taiwan, dan kehadiran mereka melebihi dari lembaga-lembaga publik. Dalam hal pendaftaran siswa, pada 2011 tahun akademik 63,58% dari siswa senior yang sekolah kejuruan merupakan lembaga swasta; dan statistik yang sama untuk perguruan tinggi Junior (diploma)  mengejutkan 80,67%. Lembaga swasta memiliki hubungan dekat dengan industri dan perusahaan, dan hubungan mereka memungkinkan pertandingan erat antara  pendidikan vokasi dan kebutuhan pasar.

Ketiga, Program Diversifikasi dan Adaptive.Pendidikan Vokasi di Taiwan merespon kebutuhan industri dan bakat mahasiswa berbagai cara dengan struktur akademis didiversifikasi yang bertujuan untuk memberikan para siswa dan mahasiswa dengan program yang sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan mereka tetapi sekaligus memenuhi permintaan pasar kerja. Struktur akademik  fleksibel dan beragam. Selain pertanian tradisional, karya pabrik, dan kategori bisnis, struktur akademis ini juga menawarkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan   Industries yang memberikan para siswa dengan kesempatan kerja yang luas.

Keempat, Kinerja Unggul dalam Kerjasama Industri-Akademik.Penekanan lain di Taiwan bahwa Pendidikan vokasi  adalah kerjasama industri-akademik, mencoba untuk mencocokkan program pendidikan dengan kebutuhan industri. Pemerintah juga aktif dalam mendorong proyek-proyek kerjasama industri-akademik di Taman Industri Taiwan, mendorong guru dan perusahaan-perusahaan bekerja sama  dalam Riset dan pengembagnan, sehingga situasi win-win dapat dicapai dalam pengajaran praktis dan keunggulan kompetitif.  

Kelima, Praktis, Orientasi Hasil dan Prestasi. prinsip fundamental  Pendidikan vokasi di Taiwan  menekankan pengajaran keterampilan praktis dan pengetahuan yang berlaku. Untuk mendorong mereka yang sudah baik dalam  kompetensi mereka sendiri untuk melanjutkan pendidikan mereka; siswa bisa masuk pendidikan vokasi pada  pendidikan tinggi melalui berbagai saluran seperti dengan kinerja yang sangat baik dalam keterampilan. Setelah masuk, kurikulum dirancang untuk menekankan proyek dan belajar.   Penekanan yang kuat yang sama  dalam instruktur perekrutan  sumberdaya pengajar. Guru/Instruktur diwajibkan untuk memiliki pengalaman praktis dan sertifikasi profesional  bersertifikat sebelum direkrut dan ditugaskan untuk Ahli Profesional sesuai dengan spesialisasi mereka. Guru juga dapat dipromosikan dengan cara laporan teknis mereka bukan makalah akademis. Semua contoh-contoh ini sangat menyoroti fokus  pendidikan vokasi  pada isi praktis dan berlaku.

Paradigma Pendidikan Vokasi Indonesia

Melihat kehebatan Jerman dan Taiwan, sesungguhnya Negara kita amat sangat mampu mengembangkan pendidikan vokasi. Kunci suksesnya terletak pada bagaimana Pemerintah pusat dan daerah (provinsi) memiliki kerangkan aksi yang kolaboratif dan sinergi dalam mewujudkan revitalisasi pendidikan vokasi.  Selain dapat mengadopsi mazhab jerman dan Taiwan, Pemerintah Indonesia, khususnya pemerintahan Jokowi JK dapat mengkombinasi keunggulan pendidikan vokasi Jerman dan Taiwan.

Inpres tentang revitalisasi pendidikan vokasi yang melibatkan 11 (sebelas) kementrian ini sejatinya dijadikan momentum untuk meletakkan fundamental pendidikan vokasi di setiap provinsi. Variable kuncinya adalah mengintegrasikan pembangunan ekonomi dan pendidikan vokasi dalam satu nafas kebijakan nasional. Pemerintah tidak lagi memandang pendidikan sebagai supporting system pembangunan nasional. Pendidikan, khususnya pendidikan vokasi adalah tulang punggung pembangunan ekonomi dan penting bagi keberlanjutan pembangunan nasional.

Paradigma pendidikan vokasi di Indonesia, sejatinya dibangun atas dasar hal-hal berikut, Pertama,Pembangunan holistic dan Berkelanjutan. Kunci sukses pendidikan vokasi di Negara kita, harus diletakkan secara sentral sebagai bagian tak terpisahkan dengan pembangunan ekonomi, infrastuktur dan kebudayaan bangsa secara utuh atau holistic. Kedua,  Bangun Suprastruktur pendidikan vokasi -Industri. Inpres tentang Revitalisasi, seyogyanya mengarah pada pembangunan suprastruktur pendidikan vokasi dan dunia industry yang sinergi. Semua kementraian dan departeman serta bidang pembangunan harus menciptakan ruang akseptibiltias lulusan pendidikan vokasi dan turut serta dalam proses pendidikan vokasi secara kolaboratif.Seluruh aktivitas kolaboratif ini berdiri di atas join working system sebagai tatanan suprastruktur pendidikan vokasi.

Ketiga, Melahirkan pekerja Unggul dan entreuprener pemula.Pendidikan vokasi selain melahirkan tenaga yang siap kerja di dunia industri, juga harus melahirkan pengusaha muda secara massif sesuai dengan keragaman potensi ekonomi dan sumberdaya alam yang dimiliki oleh setiap daerah. Luasnya wilayah dan keragaman sumber daya alam kita, sejatinya dapat dikembangkan langsung dan menjadi objek pembangunan dan pengembangan pendidikan vokasi. Ini artinya, bidang di luar pendidikan yang selama ini terkesan terpisah harus menyatu dalam sebuah konsorsium daerah pendidikan vokasi setingkat provinsi. Ini agar lebih memudahkan pengambilan keputusan serta arah kebijakan pembangunan ekonomi dan pembangunan pendidikan vokasi di setiap daerahnya.

Kelima, Kesetaraan sumberdaya lembaga pendidikan swasta dan negeri. Jumlah lembaga pendidikan vokasi milik pemerintah relative lebih sedikit dari yang dikelola swasta. Sejatinya, kedepan antara lembaga pendidikan swasta dan milik Negara tidak terdapat disparitas sumberdaya yang meliputi infrastruktur, sumberdaya pengajar/guru/dosen, anggaran pendidikan vokasi, kurikulum. Keenam, Collaborative Innovation centre (CIC), Pusat Kerjasama innovasi dalam konsorsium pendidikan vokasi. Akademisi perguruan tinggi, dan industry dan government mutlak diperlukan. Lembaga ini dibutuhkan di tingkat pusat dan level provinsi. Fokus kerjanya adalah melakukan riset-riset praktis kolaboratif berbasis komoditas dan keunggulan sumber daya ekonomi dan industry di wilayah/daerah. Di dalam CIC terdapat berbagai platform riset dan pengembangan produk per wilayah, yang terhubung langsung dengan perwakilan goverment dan lembaga keuangan seperti bank atau lembaga donor dan riset international.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun