Mohon tunggu...
Angkasa Yudistira
Angkasa Yudistira Mohon Tunggu... -

Pengguna obat-obatan sesuai resep dokter sedari bayi, akibatnya rusaklah semua gigi. Jurnalis juga. Suami juga. Ayah juga.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Turun ke Bumi

25 Mei 2018   04:59 Diperbarui: 25 Mei 2018   05:25 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Alhamdulillaaaah, Alhamdulillaaaah. Aku teriak-teriak. Lega, seneng, ingin nangis rasanya. Terus ada suster yang bilang, 'Selamat ya bu, anaknya laki-laki, ganteng dan sehat,'. Alhamdulillah lah," ujarnya mengisahkan perjuangannya. Kayak menang perang katanya.

"Langsung dibawa ke kamu? Langsung dikasih ASI?"

"Enggak. Si dokternya masih sibuk jahit-jahit. Baru lihat pas kamu dateng, terus fotoin itu. Liatnya lewat foto, burem lagi, kaca matanya enggak tahu di mana,"

Sehari setelah Langit lahir, semalaman ia memangkunya, memeluknya. Terus saya di mana ya? Kayaknya saya sibuk tidur deh. Waktu itu, iya sudah dibawa ke bidan sekitar jam 3 pagi. Sayanya yang baru pulang kerja dari pagi hari kemarinnya, langsung ke bidan. Tanpa tidur terus nemenin si Ambu hingga siang.

Karena tak bisa brojol, akhirnya harus dibawa ke rumah sakit. Terus saya urus bayar-bayar, terus saya adzanin, terus banyak yang nengok ke rumah sakit sampai malam, terus saya bilang ke kalian, inilah bentuk pembelaan kenapa saya tidur.

//////

"Ini namanya rumah, nak. Masih ngontrak. Rumah milik sendiri, punya kita, ada di situ, yang belum jadi itu," ujar ku pada Langit saat dibolehkan pulang sambil menunjukkan rumah kami yang posisinya persis di depan rumah kontrakan.

Saya memang beri tahu soal bumi berserta isinya kepadanya. Semuanya yang saya tahu, sampai hal terkecil sekalipun.

Oh, bahagia sekali, tapi Langit 'Kuning' setelah beberapa hari. Kami, saya dan Ambu, pergi ke bidan tentu, sambil membawa Langit yang 'Kuning'.

"Jemur aja. Dari jam 7 sampai jam 9. Jadi gosong enggak apa-apa, yang penting sehat. Siapa tadi namanya? Anak Langit ya? Nama anak jaman sekarang emang aneh-aneh," kata bu Bidan yang baik hati itu.

Kami tentu menuruti. Sampai tetangga justru merasa kasihan melihat kulit Langit yang menghitam. Santai kami jawabnya, disuruh bu Bidannya dijemur dua jam. Karena kata bidan, dari pada dibawa ke rumah sakit lagi, bayarnya Rp1,5 jutaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun