“Baiklah Syan temani dokter Arian. Ibu ke dalam.”
“Bagaimanakabarmu, Syan?” ucap dokter Arian.”
“Baik, Pak.”
“Bagaimana dengan Bapak?”
“Bapak?”
“Apakah kau sudah bisa mengerti Bapak?”
“Sulit, Pak.Syan tidak tahu bagaimana mengerti Bapak.”
“Syan kalau kaubisa memahaminya. Semuanya akan lebih baik.”
“Aku sudahmencobanya tapi kurasa aku tak cukup mampu untuk memahaminya.”
“Pak Arian.”
Panggil IbuSusastio dari balik pintu. Pak Arian masuk dan aku masih terduduk lemas di’’Syan” kata Pak Susastio ketika kami sedang bersama seperti biasa di teras,kadang aku tak tahu bagaimana aku harus bersikap di depan Bapak angkatku .Mengingat sifatnya yang labil dan sulit dipahami. Sesungguhnya saat berada disampingnya, aku sangat tersiksa. Hanya diam dan menunggu apa yang akan dilakukannya padaku. Jujur jauh di dalam hatiku sesungguhnya aku juga marah,marah karena aku merasa tidak memiliki diriku sendiri. Hidupku seperti ada ditangannya. Sewaktu-waktu atau kapanpun ia ingin memainkan phisik dan psikiskuaku harus siap.