Mohon tunggu...
Jahar Haiba ID
Jahar Haiba ID Mohon Tunggu... -

saya bercita-cita ingin jadi novelis dan penulis skenario film

Selanjutnya

Tutup

Puisi

New York's Dreams

14 Agustus 2010   08:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak saat itu, Iqbal bertekad menjadi penulis lepas. Dia banyak menulis tentang manajemen dan pengembangan diri. Bahkan dia bertekad untuk berkarya seperti istrinya tulisannya sudah banyak di muat di media-media tersohor di Amerika dan dunia internasional, seperti Washington Post, majalah Time, The New York Times. Belakangan dia pun pernah mengirimkan tulisan-tulisannya ke media nasional Indonesia, seperti Tempo, Kompas, Bisnis Indonesia, dan The Jakarta Post.

Istrinya telah menerbitkan beberapa buku yang berhubungan dengan profesinya sebagai dosen dan psikolog. Buku-buku yang ditulisnya diantaraya adalah novel yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak autis, buku krtitik terhadap aliran-aliran Psikologi, dan buku yang mengupas mengenai paradigma baru ilmu psikologi yang dia kembangkan dari ajaran-ajaran Islam.

***

Seperti biasa, sore hari Iqbal selalu menjemput Hamza. Hanya saja tidak biasanya dia telat seperti yang terjadi hari ini. Anaknya sudah mulai kehilangan kesabaran karena menunggu terlalu lama. Hamza menunggu di serambi masjid yang bernuansa timur tengah. Masjid itu memiliki tiga buah kubah. Satu kubah besar di tengah berwarna kuning kemerahan. Dua buah kubah berwarna emas yang berada di gerbang depan. Terdapat dua buah menara di sisi utara dan selatan. Dinding-dindingnya dihiasi lukisan kaligrafi berbagai jenis khat. Pintu dan jendelanya berbentuk melingkar dan simetris. Halamannya cukup luas, dilapisi paving blok yang membentuk motif khas segi delapan dan lingkaran yang indah berwarna merah, kuning, dan putih. Halaman semakin sejuk dengan keberadaan air mancur, pepohonan rindang, dan berbagai jenis bunga yang tengah mekar di musim ini.

Hamza berulang kali melirik arlojinya. Dalam hati dia menggerutu ayahnya yang telat menjemputnya. Daddy ... cepat datang! Dia berteriak dalam hati berulang kali. Namun yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang. Untuk menghilangkan kekesalannya, dia mondar-mandir ke kanan ke kiri, ke depan dan ke belakang. Tas tetap bertengger di punggungnya. Sudah bosan dia melakukan itu, akhirnya dia duduk sambil membanting tasnya ke lantai.

Tiba-tiba saja, Hamza teringat perkataan gurunya siang tadi. Syeikh Yousef Abu Khaleed mengatakan padanya bahwa dia mengalami penurunan dalam menghafal Al-Quran. Gurunya itu menasehati agar di rumah lebih rajin lagi menyetorkan hafalan kepada ayahnya.

”Anakku, biasanya kapan kamu menyetorkan hafalanmu kepada papamu?” tanya Syeikh Yousef.

”Setiap selesai shalat shubuh, mister.”

”Terus tingkatkan lagi, anakku. Jangan pernah malas!”

Karena perkataan gurunya itu, Hamza berjanji pada dirinya sendiri akan lebih semangat dalam menghafal dan memperbagus bacaan. Meski masih ada rasa kesal kepada ayahnya, kini anak itu mengambil mushaf dari tasnya. Detik ini dia akan menambah hafalnnya. Dia melanjutkan hafalan Surat Al-Kahfi. Dia baru menghafal sampai ayat 80. Kemudian dia menghafal ayat berikutnya dan hanyut dalam keasyikan menghafal, sehingga tidak menyadari kehadiran ayahnya.

Dari kejauhan ayahnya melangkah dengan pelan-pelan. Dia sangat bahagia saat menyaksikan anaknya tengah menghafal. Setelah Iqbal duduk di samping Hamza, barulah sadar bahwa ayahnya telah datang. Ketika Hamza melirik, Iqbal menyunggingkan senyum. Hamza tidak membalas senyuman ayahnya. Iqbal sudah tahu bahwa itu menandakan anaknya sedang marah padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun