Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

SB-13, Si Biang Keladi

15 Desember 2023   06:35 Diperbarui: 15 Desember 2023   06:41 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara tawa dan ucapan itu berasal dari seorang pemuda tampan perlente yang berdiri sombong, di samping seorang kakek tua seram serba hitam bertongkat ular dan berambut jabrik tidak beraturan.

"Dirgo Kundolo," geram Ki Lurah Manggolo Krasak mengenali pemuda perlente itu.

"Ha... Ha... Ha... Ki Manggolo. Anakmu aku ajak bahagia, aku beri cinta seluas lautan, aku beri harta segunung tapi putrimu menolakku. Inilah balasanku!" sahut Dirgo Kundolo mengejek.

"Habisi semua Mbah Jabrik!" perintah  Dirgo Kundolo kepada kakek seram di sampingnya.

Dari pembicaraan singkat itu, Galih Sukma yang berada lima tombak dari mereka dapat menarik kesimpulan yang menyebabkan semua peristiwa mengerikan itu adalah pemuda perlente dan kambratnya itu.

Rupanya, Dirgo Kundolo pernah melamar Ni Sasi Manah anak Ki Lurah tapi entah sebab apa, dia ditolak oleh Ni Sasi Manah. Akibatnya cinta ditolak dukun bertindak.

Dirgo Kundolo sakit hati, meminta bantuan Ki Jabrik yang mengirimkan siluman ular untuk menebar pagebluk.

"Dasar pemuda bejat. Aku pun tidak sudi punya mantu seperti kamu." sergah Ki Lurah Manggolo Krasak setelah tahu penyebab penyakit putri dan penghuni kampungnya. Sungguh pemuda kejam dan tidak punya hati.

Ketampanan, kekayaaan tidak mampu menutupi sifat busuknya.

Dirgo Kundolo anak hartawan Dirku Gundolo dari pinggir kota Benua Lokananta yang melamar putrinya dua bulan yang lalu.

*

Mendengar perintah singkat Dirgo Kundolo maka Ki Jabrik segera mengangkat tongkat ularnya, kemudian tongkat itu ditiupnya. Maka munculnya suara seruling yang melengking. Ternyata tongkat itu merangkap sebagai seruling juga.

Galih Sukma selalu waspada, mendengar suara seruling keluar dari tongkat ular itu, dengan cepat tubuhnya bergerak lesat seperti cahaya sambil berteriak.

"Mundur, jangan lewati batas yang aku buat!"

Sekali berkelebat tubuhnya berputar mengelilingi seluas rumah Ki Lurah Manggolo Krasak sambil mengeluarkan cahaya biru keemasan dan putih terang menjadi garis cahaya yang bersinar menakjubkan.

Orang yang berada di luar lingkaran terpaksa dikebutnya dengan kedua tangannya sehingga mereka terpental masuk lingkaran dan aman berada di dalamnya.

Orang-orang yang sebelumnya telah mengenal kehebatan Galih Sukma semakin takjub melihat apa yang dilakukan oleh Galih Sukma untuk menyelamatkan mereka.

Ni Sasi Manah yang sudah berpakaian rapi berdiri bersisian dengan ibunya. Sesekali ibunya memeluk dan menciuminya, seakan tidak percaya, kalau anaknya bisa sembuh secepat itu.

Nyi Lurah Manggolo Krasak dan Ni Sasi Manah pun mengenali Dirgo Kundolo yang berdiri sombong menantang itu.

Tidak menyesal mereka pernah menolak Dirgo Kundolo si pemuda jahat dan kejam.

Tega membunuh hanya untuk melampiaskan dendamnya.

Ni Sasi Manah juga sempat melihat Galih Sukma yang hilang dari pandangannya setelah menyuruh orang-orang berlindung di belakang lingkaran cahaya yang dibuatnya.

Mengingat Galih Sukma, tanpa terasa sepasang pipi Ni Sasi Manah kembali bersemu merah merona lagi. Hatinya berdebar. Hatinya juga cemas akan keselamatan Galih Sukma.

*

Suara seruling itu melengking tinggi, membuat orang awam yang mendengar hanya terheran-heran saja. Malah ada yang bertingkah aneh, menari mengikuti suara seruling.

Beda dengan yang lain, Galih Sukma semakin waspada ketika mendengar suara seruling itu nadanya naik melengking-lengking. 

Dan, benar saja tidak beberapa lama, dari pendengaran yang tajam Galih Sukma mendengar suara desis ular ratusan jumlahnya muncul dari delapan penjuru angin.

Untung, Galih Sukma sudah mengantispasi serangan itu. 

"Kalian semua jangan keluar lingkaran itu," teriaknya mengingatkan sekali lagi.

"Hiaaaa...!"

Galih Sukma menyongsong serangan ular berbisa aneka jenis itu. Dia memutar kedua tangannya yang sudah dilambari Jurus Tangan Beracun dan Jurus Tangan Geledek.

Ular yang memaksa mematuk Galih Sukma tersambar cahaya putih terpental mati terbakar. Sebagian yang lain, melarikan diri karena kalah kuat bisa racunnya dibandingkan racun yang keluar dari tangan kirinya. Ular-ular itu jerih melarikan diri.

Untuk ular yang sudah terlanjur menggigit Galih Sukma malah mati sendiri. Tubuhnya menjadi kering bergelantungan di kaki, di paha dan di tubuh Galih Sukma.

Melihat kejadian yang aneh dan mengerikan di depan mata, banyak penghuni kampung itu yang ketakutan pingsan, terutama para wanitanya.

Nyi Lurah Manggolo dan Ni Sasi Manah ternyata mempunyai nyali yang besar. Walaupun beberapa kali merasa merinding melihat pertempuran Galih Sukma, berdua bertekad untuk tetap sadar dan menjadi saksi kehebatan Galih Sukma.

Para lelaki segera mengambil apa saja untuk senjata guna mengantisipasi jika ada ular yang bisa menerobos lingkaran pelindung Galih Sukma.

*

Galih Sukma yang welas asih tidak tega juga membunuh ular sungguhan ini. Mereka hanyalah korban yang terprovokasi oleh suara seruling Ki Jabrik. Biang Keladinya adalah Dirgo Kundolo dan Ki Jabrik ini.

Maka, untuk memperkecil jatuhnya korban, Galih Sukma memilih untuk mengusir semua ular beracun itu.

Dia menambah kekuatan pukulannya yang sekarang dipakai untuk menakuti ular. Cahaya biru keemasan dan putih cemerlang menyapu ke arah delapan penjuru angin mendatangkan kekuatan yang membuat ular itu jera juga.

Setelah keadaan terkendali, Galih Sukma melayang terbang dan sekali sambar, Dirgo Kundolo pemuda mata keranjang kejam dan bejat itu, dibanting ke tanah tiga kali.

"Bruukk... BRUKKK... BRUKKK... Syuutt!"

Dirgo Kundolo hanya pemuda biasa langsung klenger pingsan dibanting Galih Sukma. Selanjutnya dilempar ke arah Ki Lurah Manggolo Krasak dan Ki Masto untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

*

Kini Galih Sukma tinggal berhadapan dengan Ki Jabrik. Melihat pasukan ularnya sudah kabur cerai berai, tapi dia tidak menyerah juga. Karena merasa masih punya andalan yaitu sesembahannya selama ini, Siluman Ular.

Ki Jabrik segera duduk bersila dan merapal mantra. Memanggil Siluman Ular.

"Datanglah... Datanglah... Bangsamu hancur di tangan pemuda BEDEBAH itu!" teriaknya membaca mantra dan memaki Galih Sukma.

Ki Lurah Manggolo Krasak yang paham akan situasi genting segera meminta warganya untuk membantu perjuangan Galih Sukma dengan cara berdoa.

"Tuhan, beri kekuatan kepada Galih Sukma!" doanya lantang yang langsung diikuti oleh semua yang hadir.

Langit yang mulanya biru bersih berubah tiba-tiba menjadi hitam gelap dan muncul pula lecutan petir menyambar ke bumi.

"Duaaar... Duaaar... Duaaar."

"Ssssssssssssssssss!"

Tepat pada sambaran ketiga muncul di depan Galih Sukma seekor ular raksasa yang bermata merah darah, mulutnya terbuka lebar, menampakan gigi taringnya yang mengerikan, belum lagi lidah bercabangnya yang terjulur membawa suara desis. Tubuhnya sebesar pohon Kelapa, panjangnya sepuluh tombak lebih.

Kali, ini Nyi Lurah Manggolo pingsan juga. Untung saja Ki Lurah Manggolo Krasak segera lari dan menyambar tubuh istrinya. Dibantu para wanita dan lelaki yang lain, membawanya ke tempat aman dan dibantu untuk disadarkan.

Sedangkan Ki Masto mendekati Ni Sasi Manah yang diam mematung seperti terhipnotis oleh peristiwa yang baru terjadi selama hidupnya ini. Rasa cemas atas keselamatan Galih Sukma ternyata mengalahkan rasa takutnya.

Hanya mulutnya bergumam melantunkan doa seperti warga yang lainnya.

Ki Masto dengan waspada berjaga di dekat Ni Sasi Manah.

Galih Sukma yang mempunyai kepekaan tinggi sudah mengantispasi semuanya. Tidak sia-sia, Ki Mahendera telah membekali ilmu-ilmu yang hebat untuk murid terkasihnya. Ilmu yang dipakai untuk menghadapi manusia dan siluman iblis sekalipun.

Mampukah Galih Sukma lolos ujian pertamanya ini, mengalahkan Siluman Ular?

Atau sebaliknya kekalahan yang diterimanya?

Lalu, bagaimana tugasnya menghadapi Geger Syair Darah?


Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun