Untuk ular yang sudah terlanjur menggigit Galih Sukma malah mati sendiri. Tubuhnya menjadi kering bergelantungan di kaki, di paha dan di tubuh Galih Sukma.
Melihat kejadian yang aneh dan mengerikan di depan mata, banyak penghuni kampung itu yang ketakutan pingsan, terutama para wanitanya.
Nyi Lurah Manggolo dan Ni Sasi Manah ternyata mempunyai nyali yang besar. Walaupun beberapa kali merasa merinding melihat pertempuran Galih Sukma, berdua bertekad untuk tetap sadar dan menjadi saksi kehebatan Galih Sukma.
Para lelaki segera mengambil apa saja untuk senjata guna mengantisipasi jika ada ular yang bisa menerobos lingkaran pelindung Galih Sukma.
*
Galih Sukma yang welas asih tidak tega juga membunuh ular sungguhan ini. Mereka hanyalah korban yang terprovokasi oleh suara seruling Ki Jabrik. Biang Keladinya adalah Dirgo Kundolo dan Ki Jabrik ini.
Maka, untuk memperkecil jatuhnya korban, Galih Sukma memilih untuk mengusir semua ular beracun itu.
Dia menambah kekuatan pukulannya yang sekarang dipakai untuk menakuti ular. Cahaya biru keemasan dan putih cemerlang menyapu ke arah delapan penjuru angin mendatangkan kekuatan yang membuat ular itu jera juga.
Setelah keadaan terkendali, Galih Sukma melayang terbang dan sekali sambar, Dirgo Kundolo pemuda mata keranjang kejam dan bejat itu, dibanting ke tanah tiga kali.
"Bruukk... BRUKKK... BRUKKK... Syuutt!"
Dirgo Kundolo hanya pemuda biasa langsung klenger pingsan dibanting Galih Sukma. Selanjutnya dilempar ke arah Ki Lurah Manggolo Krasak dan Ki Masto untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.