Muncul uap tipis yang membuat Parjo kedinginan, kemudian berganti muncul keringat sebesar-besar jagung di kening dan seluruh tubuhnya.Â
Ada proses melapisi, kemudian membakar dan akhirnya mengelupaskan semua bakal sisik yang hangus kering dan kemudian runtuh menjadi serpihan yang berbau amis terbakar.
Untung saja dupa wangi sudah terbakar maksimal sehingga bau amis segera hilang disapu bersih.
Yang menjadi uap hitam kemudian bergulung tipis mengambang.
Melihat semua penderitaan anaknya Bik Surti hampir jatuh pingsan. Namun mati-matian dia menguatkan hatinya dan terus berdoa lebih khusyuk.
Ki Masto yang prihatin melihat keadaan ibu dan anak itu, hanya bisa menyentuh pundak Bik Surti untuk memberikan dukungan moril saja.
Uap itu hitam itu berubah semakin tebal dan membentuk sosok aneh mengeliat panjang dan mempunyai sepasang mata merah menyala, mengeluarkan desis.
"Hiaaaat... dari tiada kembali ke tiada. Pulanglah kepada majikanmu," bentak Galih Sukma mengagetkan semua yang hadir di sana. Tidak terkecuali Bik Surti karena terkejut sampai jatuh tersungkur ke arah kolong tempat tidur.
Susah payah Ki Masto sigap menariknya duduk kembali di kursi kecil yang semula didudukinya.
Sepasang matanya terbelalak melihat makhluk jejadian seperti seekor ular raksasa yang siap memangsa Galih Sukma yang memutar kedua tangannya membuat pertahanan dan kemudian menghentakkan ke depan melakukan penyerangan.
"Duaaarrr.... Sssssssss!"