Pandangan masih belum jelas benar, hanya sesekali terlihat terang karena ada kilatan petir menerangi.
"DUAAAAAARRRRR!"
Dia melihat beberapa anak buahnya dengan cekatan melakukan pekerjaan darurat demi keselamatan kapal, meski perintahnya tidak didengar dengan jelas. Pekerjaan rutin dalam keadaan darurat seperti ini sudah mendarah daging bagi pelaut seperti mereka.
Tapi, ada satu yang aneh ditemukan oleh Nahkoda. Seorang pemuda tampan kurus yang ditemuinya saat naik ke atas kapal, ikut berjuang mati-matian menyelamatkan, apa saja yang bisa diselamatkannya.
Tidak memperdulikan keadaan dirinya yang lemah dan berbahaya. Hanya karena keberanian, keteguhan hati dan keinginan kuat menolong sesamanya, membuatnya melakukan semua itu.
Sayang, amukan badai datang tidak sebentar.
Pemuda itu sudah basah kuyup, rambutnya yang panjang awut-awutan, sebagian jatuh melekat di wajahnya yang pucat kedinginan, lengket bercampur dengan keringat dan air laut. Berkali-kali dia jatuh terpeleset tapi dengan tekad kuat bangkit lagi untuk menolong siapa saja yang butuh.
Nahkoda tahu bahwa pemuda itu hanya seorang pedagang cinderamata yang kebetulan naik kapalnya.
Amukan badai belum reda, kapal masih terbanting-banting dihajar ombak laut yang saling berlomba untuk menghancurkan apa saja.
Pikiran tentang pemuda kurus itu terputus karena muncul sesuatu yang sangat mengerikan dan belum pernah dilihat dan dipikirkan sekali pun oleh sang Nahkoda.Â
Sepasang mata sang Nahkoda sampai terbelalak lebar dan mulut terbuka. Lidahnya kelu, kuduknya meremang melihat "makhluk aneh" dari balik kaca ruang kemudi yang sebagian kacanya sudah hancur. Juru Mudi lenyap entah ke mana?