Yang terakhir cantik tapi agak tomboy, ternyata lagi asyik merem-melek mengilik telinganya dengan bulu ayam. Nyangsang di atas pohon Mahoni semula.
" Wooooi... Non.... Come here... Let's go! Tinggal kamu... Ayo!" ajaknya semangat.
Yang diteriakin masih cuek aja. Asyik mengilik telinganya.
Saat ia sadar bahwa ia yang dipanggil. Dengan enteng si Janetta KuningKemuning melenting indah dari pohon yang tinggi, bersalto bak pesenam lantai dan " Tap... " mendarat tepat di pinggir sungai.
Ia celingak-celinguk mencari saudaranya yang lenyap... Eee... salah! Sudah dadah-dadah di seberang sungai.
" Woi, cingak-cinguk nyari apa? " tanya Mas Kangkang tak sabar.
" Ayo, buruan naik!" cocornya dengan mata berbinar.
Janetaa terkejut melihat keanehan di depan matanya. Tukang sampan, menurut penglihatan batinnya, bukanlah manusia.
Karena asyik mengilik telinga, sampai luput sama peristiwa yang menimpa saudara-saudaranya.
" Celaka duabelas. Mereka diseberangkan sama siluman!" batinnya terkejut. Otomatis ia menepuk jidatnya sendiri, karena kurang waspada.
" Non, ayo buruan aku seberangkan!" ujar Mas Kangkang sambil nyengar-nyengir nafsu.
" Wah... Siluman, kau apakan saudara-saudarku?" tanya Janetaa selidik!
Mas Kangkang senyam-senyum saja. Jawabnya santai.
" Ya, aku sebrangkan dan aku diperseni sun clepot di pipi masing-masing," jelas Mas Kangkang tanpa dosa.
" Dasar, siluman bejat. Terimalah hukumanku! Ciaaat...!"
Tendangan berantai andalan Janetta pemegang Dan VIII Taekwondo.