Semula perjalanan smooth dan lancar jaya. Namun tanpa dinyana jembatan terakhir menuju Istana Negeri Koplak putus diterjang banjir.
Tidak ada jalan alternatif, apalagi jalan tol fungsional. Tidak ada!
Satu-satunya jalan adalah melalui menyeberangi sungai itu. Kalau dipaksa jalan memutar, akan dua hari perjalanan lagi. Padahal waktu audisi sayembara sudah tinggal hitungan jam lagi.
" Pak Sopir, apa tidak ada jalan yang lain nih?" tanya YenieSue UnguSueOraJamu gadis ke dua dari lima bersaudara itu yang agak gelisah.
Sopir yang berbadan tambun dan berkumis sekepel hanya bisa menggelengkan kepala saja.
Tidak ada jalan lain. Harus dicari jalan untuk menyebrangi sungai yang kelihatannya dalam banget itu.
Evi MerahMerona sebagai kepala rombongan, celingak-celinguk mencari jalan keluar. Ia juga gelisah, apalagi adik-adiknya sudah kelihatan tidak sabar.
" Kak Evi, bagaimana nih?" suara tak sabar dari adik bungsu mereka AnisJingga MoMakanMoNggak yang tiba-tiba merasa jutek.
Semua kebingungan, semua spontan melihat jam tangan kepunyaan masing-masing. Tanpa kompromi jarum jam itu terus berdetik.
" Woi... Kakak. Itu ada sampan di seberang..!" teriakan yang mengagetkan ternyata keluar dari mulut manis si Janeeta KuningKemuning yang tidak tahu kapan, sudah nyangsang di atas pohon Mahoni raksasa, sambil menunjukan jari telunjuknya yang runcing, memberitahukan kabar gembira.
" Horeeee... Horeeee " teriakan mereka spontan dengan gembira.
" Bang... Oom... Pakde... !" teriak mereka serempak dengan panggilan yang berbeda-beda. Ahaiii!