Denyaran yang pernah muncul ketika melamun atau mengingat makar Hrastu Bhumi yang gagal, ia rasakan semakin kuat. Terus mendorong dan mendesak. Denyaran yang halus, perlahan membentuk dan lahir sebagai keinginan.
Hah..gila! Pikirnya terkejut sendiri.
Ia punya keinginan makar?
Ia ingin merebut kekuasaan Raja Bengala kakaknya. Atau kekuasaan Baruna keponakanya, nantinya.
Karena, ia sudah tahu, bahwa sebentar lagi Bengala akan menyerahkan kekuasaanya atau tapuk pemerintahaanya kepada putera Mahkotanya Baruna.
Dan Banara akan di angkat sebagai Perdana Menteri sebagai pendamping keponakannya memerintah kerajaan Asoka.
Perasaan yang aneh terus bergelora, tapi berkat kecerdikannya, ia berhasil menindas perasaan itu, di simpan dibawah tersembunyi di tutupi dengan sikapnya yang tangkas, cepat, dan berpikir taktis, selalu menempatkan kepentingan dan kesejahteraan negeri Asoka di atas segalanya.
Semua orang tahu, semua rakyat paham, Banara adalah Panglima Perang Asoka yang luar biasa.
Selalu memenangkan pertempuraan, jika ada serangan dari luar yang ingin merongrong kewibawan Raja Asoka.
Ataupun, jika ada pemberontakan yang mengganggu kedamaian dan ketentraman Negeri Asoka.
Yang ada dan tampak di luar sangatlah berkilau dan cemerlang.
Yang ada didalam begitu gelap, bercabang dan menakutkan.
Semua tinggal menunggu waktu.
Waktu yang sangat tepat.
***
Banara, akhirnya menemukan dan memilih tokoh sakti yang baru pulang dari perantauan Ki Jumala sebagai Guru Negara.
Jumala tidak hanya mempunyai kesaktian dalam ilmu silat, ia juga sangat menguasai ilmu surat dan sastra.
Keahlian yang sempurna.