Jika Anda termasuk budak korporat, mahasiswa semester akhir, siswa SMA yang mengincar predikat eligible, atau status-status lain yang punya kesibukan berlebih, mencari seseorang yang memiliki pemahaman politik yang baik untuk dijadikan panutan atau referensi dalam menentukan pilihan bisa menjadi solusi. Penting untuk tidak menjadikan pendapat random dari internet sebagai referensi, serta pastikan bahwa sumber informasi yang digunakan terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kedua, Jangan Cari yang Terbaik
Saat kita masih bingung akan memilih yang mana, sadari dahulu bahwa setiap paslon memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tinggal pilah lalu pilih mana yang paling mending. Mereka hanya manusia biasa yang tidak sempurna dan kadang salah. Namun, di hatiku hanya satu. Cinta untukmu luar biasa.
Karena sebenarnya, (saya akan mengutip kalimat yang banyak berseliweran di jagat maya. Meski sukar menemukan sumber aslinya, tapi bolehlah) "pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa," kata Pak Romo Franz Magnis-Suseno.
Meski sumber aslinya sukar ditemukan, tetapi memang benar bahwa pernyataan ini dapat menjadi landasan berpikir kita. Hampir tidak ada paslon yang benar-benar tahir dari kontroversi, setiap paslon memiliki sisi negatifnya.Â
Meskipun begitu, dalam memilih, kita dapat memilih paslon yang kotornya hanya sampai dengkul saja, hindari memilih paslon yang kotornya seluruh tubuh. Bagaimana caranya? Melihat dengan cara objektif kinerjanya, janji-janjinya, atau orang-orang di sekitarnya.
Ketiga, Lihat Prestasi Bukan Sensasi
Prinsip penting dalam menilai calon pemimpin adalah bersikap objektif dan fokus pada prestasi, bukan sensasi. Meski setiap calon ada kotornya, jangan mengenyampingkan prestasinya. Meski setiap calon ada prestasinya, jangan tambah silau dengan sensasinya.Â
Hal ini menekankan bahwa kita perlu memperhatikan pencapaian konkret dan kontribusi positif yang telah dilakukan oleh setiap paslon, bukan hanya pada tindakan-tindakan sensasional atau kontroversial yang biasanya lebih menarik perhatian netizen.
Kita dapat mengevaluasi rekam jejak dan pencapaian yang telah diperoleh setiap paslon, lalu membandingkannya dengan konsistensi yang mereka tunjukkan. Penting untuk memalingkan wajah dari kampanye yang berlebihan supaya kita tetap fokus pada substansi dan visi jangka panjang, bukan hanya terpancing oleh upaya mendapatkan perhatian sementara. Dengan cara ini, kita dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan berdasarkan informasi yang relevan ketika memilih nanti.
Keempat, Jangan Libatkan Perasaan