Dalam waktu yang tidak lama lagi, kita akan kembali menyelenggarakan pesta demokrasi terbesar di negeri ini. Suasana khas pemilu semakin terhidu, terutama di jagat maya. Topik paling menarik yang sering diperbincangkan mencakup visi-misi, rekam jejak, penilaian kinerja, serta strategi kampanye masig-masing paslon.Â
Sering kali, topik ini juga menjadi sumber keriuhan netizen. Memang, jagat maya menjadi platform yang sangat signifikan dalam memperluas diskusi dan interaksi mengenai pemilu. Namun, perlu kita sadari bahwa jagat maya juga menjadi tempat hoaks dapat menyebar cepat. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pemilih untuk tetap pilih-pilih, kritis, dan memverifikasi informasi sebelum meyakininya.
Pemilu merupakan agenda yang pas untuk melihat perbedaan pendapat secara jelas. Lewat diskusi yang terjadi di jagat maya juga dapat memberikan gambaran luas dan tepat tentang dinamika politik di masyarakat. Dengan adanya perdebatan (yang diharapkan sehat) serta partisipasi yang tinggi, pemilihan nantinya diharapkan dapat mencerminkan keinginan mayoritas masyarakat.
Sayangnya, memilih kandidat dalam pemilu dapat menjadi kegiatan yang membingungkan, menantang, dan berat. Terutama jika pandangan kita masih redup terhadap pemilu atau kita baru tertarik dengan politik. Terlebih informasi yang banyak beredar di jagat maya belum tentu akurat. Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa keikutsertaan kita dalam proses demokrasi adalah hak sekaligus tanggung jawab setiap warga negara. Jadi, jangan sampai tidak ikut, harus turut!
Kebingunan selalu saya rasakan ketika menjelang pemilu, khususnya pilpres. Selalu muncul di benak saya bayang-bayang yang membuat gamang. Apakah kandidat yang saya pilih bersih? Apakah saya akan salah pilih? Apakah saya hanya ikut-ikutan memilih kandidat A karena pamornya tinggi? Kapan saya lulus S2? Pertanyaan-pertanyaan itu hingga sekarang tidak terjawab dan terbukti karena sebagian besar kandidat yang pernah saya pilih gagal meraih kursi.
Dengan pengalaman (yang tidak seberapa terlebih kandidat yang dipilih selalu gagal) dan dengan penuh percaya diri, saya merumuskan hal-hal yang mungkin bisa dilakukan calon pemilih (termasuk saya) untuk menentukan pilihannya. Paling tidak membuat kita menjadi pemilih yang lebih elegan, karena dengan tips ini pun tidak menghilangkan betapa beratnya memilih kandidat. Berikut beberapa tips yang bisa kita terapkan pada pilpres mendatang.
Pertama, Jangan Malas Mencari Informasi Mengenai Semua Kandidat
Calon pemilih terutama pemula memiliki kecenderungan untuk memilih kandidat berdasarkan tingkat popularitasnya, dengan mengabaikan rekam jejak dan visi-misinya. Saya menduga bahwa pemilih dengan karakteristik seperti ini cenderung praktis, tidak ingin ribet, atau mungkin hanya mengikuti tren (fear of missing out/FOMO), sehingga terlihat kurang mendalam atau kurang elegan dalam pengambilan keputusan politik.
Agar tidak menjadi pemilih yang kurang terinformasi, langkah yang bisa kita ambil adalah mencari data terkait rekam jejak dan visi-misi dari semua kandidat. Penting untuk memeriksa kinerja yang sudah terlaksana dan sedang digarap oleh para kandidat, serta merinci rencana mereka jika terpilih.Â
Dengan melakukan check and recheck, kita dapat memastikan bahwa keputusan pemilihan didasarkan pada pemahaman yang mendalam mengenai kinerja masa lalu dan rencana masa depan setiap calon pemimpin. Ini akan membantu memastikan partisipasi aktif dan informasi yang tepat sebelum memilih.
Kita bisa mengakses laman sosial media resmi masing-masing calon, mengunjungi situs tim pemenangan mereka, atau mencari informasi pada berbagai sumber tepercaya seperti bijakmemilih.id atau situs kpu.go.id langsung.Â