Mohon tunggu...
Jaenudin
Jaenudin Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pembelajar

Suka baca dan tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Tips Ringan Menjadi Pemilih Elegan di Pilpres 2024

29 Januari 2024   06:30 Diperbarui: 29 Januari 2024   06:54 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam waktu yang tidak lama lagi, kita akan kembali menyelenggarakan pesta demokrasi terbesar di negeri ini. Suasana khas pemilu semakin terhidu, terutama di jagat maya. Topik paling menarik yang sering diperbincangkan mencakup visi-misi, rekam jejak, penilaian kinerja, serta strategi kampanye masig-masing paslon. 

Sering kali, topik ini juga menjadi sumber keriuhan netizen. Memang, jagat maya menjadi platform yang sangat signifikan dalam memperluas diskusi dan interaksi mengenai pemilu. Namun, perlu kita sadari bahwa jagat maya juga menjadi tempat hoaks dapat menyebar cepat. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pemilih untuk tetap pilih-pilih, kritis, dan memverifikasi informasi sebelum meyakininya.

Pemilu merupakan agenda yang pas untuk melihat perbedaan pendapat secara jelas. Lewat diskusi yang terjadi di jagat maya juga dapat memberikan gambaran luas dan tepat tentang dinamika politik di masyarakat. Dengan adanya perdebatan (yang diharapkan sehat) serta partisipasi yang tinggi, pemilihan nantinya diharapkan dapat mencerminkan keinginan mayoritas masyarakat.

Sayangnya, memilih kandidat dalam pemilu dapat menjadi kegiatan yang membingungkan, menantang, dan berat. Terutama jika pandangan kita masih redup terhadap pemilu atau kita baru tertarik dengan politik. Terlebih informasi yang banyak beredar di jagat maya belum tentu akurat. Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa keikutsertaan kita dalam proses demokrasi adalah hak sekaligus tanggung jawab setiap warga negara. Jadi, jangan sampai tidak ikut, harus turut!

Kebingunan selalu saya rasakan ketika menjelang pemilu, khususnya pilpres. Selalu muncul di benak saya bayang-bayang yang membuat gamang. Apakah kandidat yang saya pilih bersih? Apakah saya akan salah pilih? Apakah saya hanya ikut-ikutan memilih kandidat A karena pamornya tinggi? Kapan saya lulus S2? Pertanyaan-pertanyaan itu hingga sekarang tidak terjawab dan terbukti karena sebagian besar kandidat yang pernah saya pilih gagal meraih kursi.

Dengan pengalaman (yang tidak seberapa terlebih kandidat yang dipilih selalu gagal) dan dengan penuh percaya diri, saya merumuskan hal-hal yang mungkin bisa dilakukan calon pemilih (termasuk saya) untuk menentukan pilihannya. Paling tidak membuat kita menjadi pemilih yang lebih elegan, karena dengan tips ini pun tidak menghilangkan betapa beratnya memilih kandidat. Berikut beberapa tips yang bisa kita terapkan pada pilpres mendatang.

Pertama, Jangan Malas Mencari Informasi Mengenai Semua Kandidat

Calon pemilih terutama pemula memiliki kecenderungan untuk memilih kandidat berdasarkan tingkat popularitasnya, dengan mengabaikan rekam jejak dan visi-misinya. Saya menduga bahwa pemilih dengan karakteristik seperti ini cenderung praktis, tidak ingin ribet, atau mungkin hanya mengikuti tren (fear of missing out/FOMO), sehingga terlihat kurang mendalam atau kurang elegan dalam pengambilan keputusan politik.

Agar tidak menjadi pemilih yang kurang terinformasi, langkah yang bisa kita ambil adalah mencari data terkait rekam jejak dan visi-misi dari semua kandidat. Penting untuk memeriksa kinerja yang sudah terlaksana dan sedang digarap oleh para kandidat, serta merinci rencana mereka jika terpilih. 

Dengan melakukan check and recheck, kita dapat memastikan bahwa keputusan pemilihan didasarkan pada pemahaman yang mendalam mengenai kinerja masa lalu dan rencana masa depan setiap calon pemimpin. Ini akan membantu memastikan partisipasi aktif dan informasi yang tepat sebelum memilih.

Kita bisa mengakses laman sosial media resmi masing-masing calon, mengunjungi situs tim pemenangan mereka, atau mencari informasi pada berbagai sumber tepercaya seperti bijakmemilih.id atau situs kpu.go.id langsung. 

Jika Anda termasuk budak korporat, mahasiswa semester akhir, siswa SMA yang mengincar predikat eligible, atau status-status lain yang punya kesibukan berlebih, mencari seseorang yang memiliki pemahaman politik yang baik untuk dijadikan panutan atau referensi dalam menentukan pilihan bisa menjadi solusi. Penting untuk tidak menjadikan pendapat random dari internet sebagai referensi, serta pastikan bahwa sumber informasi yang digunakan terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kedua, Jangan Cari yang Terbaik

Saat kita masih bingung akan memilih yang mana, sadari dahulu bahwa setiap paslon memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tinggal pilah lalu pilih mana yang paling mending. Mereka hanya manusia biasa yang tidak sempurna dan kadang salah. Namun, di hatiku hanya satu. Cinta untukmu luar biasa.

Karena sebenarnya, (saya akan mengutip kalimat yang banyak berseliweran di jagat maya. Meski sukar menemukan sumber aslinya, tapi bolehlah) "pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa," kata Pak Romo Franz Magnis-Suseno.

Meski sumber aslinya sukar ditemukan, tetapi memang benar bahwa pernyataan ini dapat menjadi landasan berpikir kita. Hampir tidak ada paslon yang benar-benar tahir dari kontroversi, setiap paslon memiliki sisi negatifnya. 

Meskipun begitu, dalam memilih, kita dapat memilih paslon yang kotornya hanya sampai dengkul saja, hindari memilih paslon yang kotornya seluruh tubuh. Bagaimana caranya? Melihat dengan cara objektif kinerjanya, janji-janjinya, atau orang-orang di sekitarnya.

Ketiga, Lihat Prestasi Bukan Sensasi

Prinsip penting dalam menilai calon pemimpin adalah bersikap objektif dan fokus pada prestasi, bukan sensasi. Meski setiap calon ada kotornya, jangan mengenyampingkan prestasinya. Meski setiap calon ada prestasinya, jangan tambah silau dengan sensasinya. 

Hal ini menekankan bahwa kita perlu memperhatikan pencapaian konkret dan kontribusi positif yang telah dilakukan oleh setiap paslon, bukan hanya pada tindakan-tindakan sensasional atau kontroversial yang biasanya lebih menarik perhatian netizen.

Kita dapat mengevaluasi rekam jejak dan pencapaian yang telah diperoleh setiap paslon, lalu membandingkannya dengan konsistensi yang mereka tunjukkan. Penting untuk memalingkan wajah dari kampanye yang berlebihan supaya kita tetap fokus pada substansi dan visi jangka panjang, bukan hanya terpancing oleh upaya mendapatkan perhatian sementara. Dengan cara ini, kita dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan berdasarkan informasi yang relevan ketika memilih nanti.

Keempat, Jangan Libatkan Perasaan

Dalam memilih paslon, penting bagi kita untuk mempertimbangkan logika dan rasionalitas, bukan hanya terpaku pada perasaan semata. Pemilihan paslon yang didasarkan pada emosi semata dapat memunculkan keputusan yang dangkal, ceroboh, impulsif, dan kurang mempertimbangkan kemampuan calon pemimpin.

Sebagai contoh, munculnya konten nangis di medsos pascadebat capres. Reaksi netizen tersebut dapat mencerminkan tingkat keterlibatan dan dukungan emosional yang kuat terhadap calon yang dipilihnya. Memang, kita punya cara yang beragam untuk mengekspresikan perasaan politik, tetapi hal ini akan mengurangi objektifitas kita sebagai pemilih.

Logika memberikan dasar yang kuat untuk mengevaluasi rekam jejak, keterampilan kepemimpinan, dan visi-misi paslon. Ketika logika menjadi landasan, kita mampu menerapkan standar logika yang sama pada semua paslon, menyaring informasi dan fakta yang objektif, serta mengukur kemampuan pemimpin untuk mengatasi tantangan. 

Dengan cara ini, kita dapat memilih pemimpin yang memenuhi persyaratan dan memiliki kemampuan untuk mengemban tugas kepemimpinan dengan bijaksana, memastikan bahwa masa depan mereka dipimpin oleh seseorang yang kompeten dan dapat diandalkan.

Kelima, Jadilah pemilih bukan Pendukung

Langkah berikutnya adalah menjalankan peran sebagai pemilih, tanpa melewati batas menjadi pendukung. Dengan memilih untuk tetap sebagai pemilih, posisi kita akan membantu mengurangi demage sakit hati berlebih jika pasangan calon yang kita pilih kalah. Selain itu, hal ini dapat membantu meredam efek pukulan ke ulu hati apabila paslon yang kita pilih ternyata tidak memenuhi harapan atau dianggap buruk setelah terpilih.

Para pendukung paslon merupakan individu yang mendapatkan cuan, baik sebagai anggota tim pemenangan atau sebagai buzzer. Terlepas dari hasil akhir, menang atau kalah, mereka akan tetap panen. 

Di sisi lain, bagi kita yang tidak kecipratan dana semacam itu, mungkin hanya rasa malu yang kita rasakan, terutama jika pasangan calon yang kita dukung tidak berhasil mencapai kemenangan.

Menjadi pemilih yang elegan memang mengharuskan kita untuk berperilaku bijaksana. Salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan tidak terlalu mengumbar pilihan kita. Walau akan terasa berat jika banyak informasi salah terkait paslon pilihan kita. Tahanlah, tahan. Kita hanya akan menyampaikan fakta jika diminta. Namun, jika dirasa sudah berlebihan, silakan. Konsekuensi hadapi sendiri.

Cara lain adalah dengan tidak sering membagikan konten terkait paslon, terutama jika kontennya bersifat tendensius ke satu paslon. Sebaliknya, jika hendak mengkritik, pastikan kritikannya bersifat adil dan merata untuk semua paslon yang ada. Intinya tetaplah jadi pemilih, bukan pendukung.

Begitulah, sekelumit tips agar kita menjadi pemilih elegan. Tips-tips ini mungkin tidak akan membuat paslon yang kita pilih menang, tetapi bisa sedikit meredam kebingungan. Paling tidak, mungkin dapat menghindari paslon yang terburuk berkuasa.

Siapapun yang terpilih sebagai pemenang, mari kita antarkan mereka membawa republik ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum dalam konstitusi dan hukum dasar yang kita yakini, yaitu UUD 1945. 

Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menjaga agar apabila salah satu di antara mereka terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, mereka akan melaksanakan tugasnya dengan amanah dan konsisten. Mari kita pastikan bahwa demokrasi tetap berdiri dan berfungsi dengan baik, sehingga memberikan ruang yang luas bagi kita untuk berpartisipasi dalam kehidupan bernegara.

Semoga kita masih leluasa memberikan kritik tanpa harus mengurangi ketajamannya. Semoga kita masih bisa berkeluh kesah tanpa mengurangi bebannya. Semoga kita bisa menagih janji-janji yang terucap saat masa kampanyenya. Semoga tidak ada rasa takut terhadap tindakan hukum atas kritik, keluhan, tagihan yang kita sampaikan.

Wallahu a'lam bishawab.

Salam takzim untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun