Dengan proses pengulangan selama enam bulan itu, kain batik aromaterapi tersebut mampu bertahan selama bertahun-tahun.
"Semakin lama proses pembuatannya, aromanya semakin kuat dan semakin tahan lama. Dan pastinya harganya juga akan disesuaikan," kata Waris.
Setelah berhasil menerapkan ide tersebut, akhirnya Waris bisa merajut kembali pasar ekspor di Australia.
Tak cukup di situ, batik-batik miliknya kini sukses melenggang di pasar ekspor Malaysia, Singapura, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat (AS).
Waris pun berterima kasih pada pemerintah melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Exim Bank, akhirnya bisa menembus pasar AS.
Ia mengatakan, pihaknya menerima bimbingan dan dukungan teknis dari LPEI yang rela "jemput bola" ke daereah-daerah untuk menjangkau para pelaku UMKM dan mendorong produk lokal untuk go global.
"Saya berterima kasih pada LPEI yang jemput bola datang langsung ke rumah saya di Klampis, Bangkalan, dan mendorong saya untuk mencoba pasar ekspor ke Amerika Serikat," kata Waris.
Perlu diketahui, hingga saat ini ada tujuh kelompok pengrajin batik tulis yang telah dibentuk oleh Waris.
Dalam waktu dekat kelompok tersebut berkembang lagi menjadi 11 kelompok yang tersebar di Kecamatan Klampis dan Kecamatan Tanjung Bumi di  Kabupaten Bangkalan dengan total lebih dari 200 pengrajin, baik wanita maupun pria.
"Ayok mas kalau pas mudik ke Tanjung Bumi mampir ke rumah saya dan lihat kelompok pengrajin lokal di sana," ajak Waris.