Mohon tunggu...
YAKOB ARFIN
YAKOB ARFIN Mohon Tunggu... Buruh - GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Addicted by Simon Reeve which experts conflict resolution documentary with his journey around the Carribean

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dijual Rp 30 Juta, Aroma Batik Madura Awet hingga 4 Tahun

20 Januari 2020   17:22 Diperbarui: 21 Januari 2020   15:29 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dok. Yakob Arfin

Harga selembar kain batik tulis senilai Rp 30 juta memang terlampau mahal. Tapi ini tak berlaku untuk batik madura bernilai karya seni.


Dalam gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 beberapa waktu lalu, saya mampir ke sebuah booth Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bernama "Batik Al-Warits". Pemiliknya adalah perempuan muda asal Kabupaten Bangkalan, Madura.

Sambil berbincang dan membolak-balik lembaran batik tulis yang dipajang di pameran ini, ada satu kain yang menarik perhatian saya, yaitu batik aromaterapi.

Warisatul Hasanah (30), perempuan asal Kecamatan Klampis ini mengatakan batik tulis buatannya punya aroma khas.

"Aromanya bikin efek menenangkan, kaya unsur rempah yang bikin aromanya khas," kata Waris yang memulai bisnis hanya bermodal KTP.

Saya pun menyesap dalam-dalam untuk menikmati aroma sedap batik tulis ini. Sepakat dengan yang dibilang Waris, batik tulis ini wangi menyegarkan.

Pertanyaan pun segera berkelindan.

"Memangnya ini wanginya bisa tahan berapa lama mbak? Terus, apa yang bikin aromanya bisa tahan bertahun-tahun dan harganya sampai semahal ini?" tanya saya.

Waris memang sosok pedagang yang telaten. Beruntung, dengan pertanyaan yang bertubi-tubi itu saya tak didepak dari booth miliknya yang ramai pengunjung ini.

"Ini bisa tahan sampai empat tahun mas. Ada ceritanya kenapa akhirnya saya bikin batik aromaterapi. Awalnya nggak kepikiran sama sekali," jelasnya dengan logat madura yang kental.

Foto: Dok. Yakob Arfin
Foto: Dok. Yakob Arfin
Ia  mengungkapkan idenya membuat kain batik beraroma khas saat pelanggannya yang berasal dari Australia tak menyukai aroma lilin atau malan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun