"Orang Australia itu sangat memperhatikan kualitas bahan, sampai soal higienitas kain batik yang akan mereka terima. Sejak itu saya berpikir gimana caranya supaya mereka bisa menerima produk batik saya ini," terangnya.
Sambil memikirkan solusi, Waris menerima usulan sejumlah rekannya untuk memadukan sejumlah bahan-bahan alam untuk membuat aroma terapi kain batik tulis miliknya.
Namun tak semudah dibayangkan, lulusan Perbanas Surabaya ini membutuhkan waktu satu tahun untuk melakukan riset otodidak.
Uji coba yang dilakukannya berkali-kali akhirnya membuahkan hasil. Ia pun menemukan komposisi yang tepat untuk membuat aroma yang bisa diterima pasar Australia.
"Komposisinya terdiri dari kayu gaharu, kayu cendana, dan gabungan tiga  jenis bunga yaitu mawar, melati, dan cempaka," jelasnya.
"Oh ya, cengkih juga mas," imbuhnya.
Bukan tanpa alasan waris membanderol kain batik tulis ini dengan harga selangit.
Lamanya proses produksi, terbatasnya bahan baku, dan nilai seni dari setiap corak menjadi faktor yang ia pertimbangkan dalam menentukan harga jual.
"Mahal, karena proses pembuatannya membutuhkan waktu sampai enam bulan mas," ungkapnya. Â
Batik tulis aromaterapi biasa ia jual mulai Rp 750 ribu. Sedangkan batik tanpa aromaterapi dijual dengan range harga  Rp 100 ribu hingga Rp 5 juta.
"Selain lama dalam pembuatan motif, batik ini juga harus direbus, dikukus sampai airnya mengering, hingga diratus agar wanginya awet," jelasnya.