Lalu saya berjalan ke mobil, mengambil duffle bag saya, dan mengeluarkan kaos kaki untuk beliau. Melihat apa yang saya lakukan. Beberapa petani semakin curiga, terhadap beliau.
Akhirnya salah satu dari mereka berani bertanya. "Bapak... maaf kalau saya boleh tanya, siapa sebenarnya bapak ini?"
Katan beliau, "Mengapa?"
"Soalnya bapak kawal seorang bule dan bule itu sepertinya sangat hormat dengan bapak."
Beliau hanya tertawa, sambil terus minum kopinya.
Tak lama kemudian, beliau bersiap untuk melanjutkan perjalanan, dan merasa sudah menerima banyak informasi. Dengan sopan nya beliau, pamit, dan membayar kopi dan singkong goreng. Lalu meminta pemilik warung untuk membungkus pisang goreng untuk bekal perjalanan ke Jogja.
Sambil berjalan ke mobil, saya didesak oleh petani-petani tersebut. Akhirnya saya katakan sambil berbisik, 'Beliau itu adalah Sultan Jogja'.
Mata mereka seperti mau copot, dan kaget setengah mati. Lalu saya mendengar panggilan beliau, untuk segara melanjutkan perjalanan.
Geger... kota Patrol saat itu... karena ternyata yang duduk makan dan minum kopi serta mendengarkan keluh kesah para petani disana adalah seorang Sultan Jogja yang sederhana.
Dan ini hanya satu dari kejadian dan perjalanan BLUSUKAN Yang ASLI gaya Sultan Jogja. Masih banyak kisah perjalanan beliau yang saya akan simpan selamanya di hati.
Jadi pernyataan Salah kaprah Partai Gerindra mengenai blusukan adalah bukti mengapa banyak elite wannabe mereka tidak mengerti.