Beliau adalah salah satu Negarawan Indonesia. Beliau adalah Royal Keraton Jogja. Sultan Jogja yang diakui di seluruh dunia. Saat itu, di Asia, hanya Kaisar Hirohito, Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, dan Sultan Muda Brunei Darulsalaam Hassanal Bolkiah. Dan dari mereka hanya bapak Henky yang paling merakyat, dan melakukan banyak kali perjalanan di luar protokol baik Keratonan, dan Negara (disaat beliau menjadi Wakil Presiden Indonesia).
Teringat, saat saya sedang mengikuti blusukan beliau ke Jawa Tengah, beliau selalu mengendarai jeep willis, dan kadang menggunakan land rover abu-abu milik saya.
Di saat melewati Kerawang, memasuki daerah Patrol, tiba-tiba beliau meminggirkan mobil yang kami tumpangi.
Saya tanya, " Pak Hengky, ada apa?"
Beliau tidak menjawab, karena saat itu masih sekitar jam 7 pagi. Beliau langsung menuju ke persimpangan dan warung yang ada disana. Lalu, memesan kopi serta makan singkong goreng yang masih panas dipiring.
Ada beberapa orang petani, dan penduduk serta anak-anak sekolah yang berjalan disekitar situ. Tidak satu pun yang mengetahui siapa orang ini. Mereka justru melihat saya, seperti melihat orang dari bulan.
Tanpa basa basi, beliau bertanya, bagaimana keadaan di sini. Seperti apa yang dibutuhkan supaya panen raya tahun tersebut berhasil dengan sukses. Beberapa pertani mengeluarkan uneg-unegnya tanpa mengetahui siapa yang diajak bicara.
Mata mereka sedikit curiga dengan saya, karena saya terlihat seperti orang asing. Maklum saja saya baru beberapa tahun di Indonesia saat itu. Dan keadaan masih mencekam, karena banyak orang takut dengan pengendara yang lalu lalang, tidak di kenal di daerah tersebut.
Tetapi, Beliau terus saja bertanya, dan mencoba untuk mengetahui apa yang mereka inginkan supaya daerah tersebut menjadi makmur. Dan apa yang harus dilakukan pemerintah supaya membantu makmur nya daerah tersebut.
Perbincangan ini berlangsung cukup lama, sehingga menarik perhatian banyak orang, dan mereka segera berkerumun di warung persimpangan tersebut.
Beliau terlihat menikmati perbincangan tersebut, tanpa sadar beliau mecopot sepatu pantofel nya dan terlihat betapa kaos kakinya bolong, lalu beliau mengangkat kaki, sambil menyeruput kopinya. Membuat saya jadi sedikit malu, karena saat itu saya sebagai seorang tukang becak, selalu berpakaian rapi, selalu menjahit lobang atau pakaian saya bolong yaa.... di jahit sendiri. Maklum saja, saya dibesarkan di asrama Yatim Piatu, jadi semuanya saya harus kerjakan sendiri.