Mohon tunggu...
Izzatul Firdaus
Izzatul Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa-Mahasiwa

Early Childhood Education.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membuka Cakrawala dengan Logika

12 Maret 2022   13:29 Diperbarui: 12 Maret 2022   13:34 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sekali kamu membuat keputusan, alam semesta akan bekerja sama untuk mewujudkannya -Ralph Waldo Emerson-

Kehidupan sering kali memberi tantangan seseorang untuk mengambil keputusan, dihadapkan pada pilihan bercabang  dengan berbagai konsekuensi di belakang  membuat beberapa orang merasa khawatir saat hendak memutuskan, perasaan khawatir timbul dikarenakan adanya rasa takut salah dalam pengambilan keputusan yang beresiko pada konsekuensi menyakitkan. 

Konsep dan logika yang tepat dibutuhkan untuk mengahasilkan keputusan yang tepat pula, berpikir merupakan kaidah paling penting yang berperan dalam logika, karena untuk memahami logika diperlukan adanya kerangka berpikir bahkan objek material yang digunakan dalam ilmu logika adalah berpikir dengan nalar sedangkan objek formalnya adalah pemikiran yang dipelajari dari aspek kesuaiannya.  

Seorang filsuf berkebangsaan Yunani serta guru dari Aleksander Agung bernama Aristoteles memaknai logika dengan ajaran mengenai berpikir secara ilmiah yang membahas wujud pikiran itu sendiri dan hukum yang mengendalikan pikiran.

Hubungan Antara Logika dan Penalaran

Logika merupakan bagian sekaligus dasar dari filsafat yang mempunyai sifat praktis dan bersumber pada penalaran, dari situ logika menjadi dasar dalam berfilsafat yang baik supaya menghasilkan penalaran yang logis, kritik, dan rasional. Di sisi lain logika juga menjadi media ilmu seperti halnya matematika dan statistika, karena syarat dari sifat ilmiah ilmu itu harus didukung dengan penalaran logika dan sistematik. 

Logika berfungsi sebagai teori penyimpulan berbasis konsep yang dapat dinyatakan dalam format himpunan sehingga setiap format himpunan memiliki cakupan yang luas, melalui dasar himpunan semua elemen penalaran dalam logika dibuktikan menggunakan diagram himpunan, hal ini merupakan pembuktian formal jika dipresentasikan dalam diagram himpunan yang valid dan akurat maka akan valid juga penalaran tersebut.

Logika Deduktif dan Induktif

Menurut sifat proses penalaran dan kesimpulan yang dihasilkan, secara umum logika terbagi menjadi 2 yaitu logika deduktif dan induktif. "Deduktif itu dari umum ke khusus, sedangkan induktif itu dari khusus ke umum" sebuah persepsi yang muncul tentang kata kunci yang dimungkinkan dapat memudahkan pemahaman tentang logika deduktif dan induktif, persepsi seperti ini dirasa kurang tepat karena penalaran deduktif belum tentu dari umum ke khusus bisa juga dari umum ke umum, perbedaan mencolok antara kedua penalaran tersebut terletak pada sifat kesimpulannya, logika deduktif memiliki kepastian yang bersifat pasti sedangkan logika induktif kesimpulannya masih bersifat kemungkinan, pemahaman selanjutnya bias dipahami melalui uraian berikut:

Logika Deduktif

Logika Deduktif dikonseptualisasikan sebagai penalaran yang mengkaji prinsip-prinsip kesimpulan yang sah bersumber dari bentuk dan kesimpulan yang dihasilkan sebagai keharusan yang datang dari akar pikirannya. 

Dalam logika ini yang menjadi pertimbangan utama adalah bentuk kerja pikiran yang saling berhubungan dengan penalaran rasional yang bisa dibuktikan dan tidak adanya kesimpulan lain, maka proses penyimpulannya sudah sah dan efektif. Dikarenakan logika ini membicarakan tentang hubungan antar bentuk pernyataan saja dan tidak bergantung dari isi yang gambarkan membuat logika deduktif kerap dikenal dengan logika formal.

Ciri-ciri logika deduktif:

  • Analitis, dimaksudkan bahwa kesimpulan daya tarik tidak hanya menggunakan analisa presmis-presmis yang sudah terdapat
  • Tautologies, kesimpulan yang ditarik sudah tersirat dalam premisnya
  • Apirori, kesimpulan diambil tanpa observasi sensorik dan tugas kampus
  • Asumsi deduktif selalu dapat dinilai sah dan tidaknya

Logika Induktif

Logika yang sering dikenal dengan logika material ini mempunyai pengertian sebagai sistem penalaran yang mengkaji prinsip penyimpulan yang akurat dari serangkain fakta khusus sampai pada kesimpulan umum yang  masih bersifat kemungkinan. 

Kenapa logika ini kerap disebut dengan logika material? Karena logika ini berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung pada kesesuaian realita, maka dari situ kesimpulan logika ini bersifat kemungkinan dalam arti tidak adanya bukti yang menyangkal maka kesimpulan itu benar tetapi tidak dapat dikatakan pasti. Logika induktif adalah subjek metodologi ilmiah dengan kata lain bahwa metode ilmiah adalah perluasan dari logika induktif, oleh karena itu logika induktif disebut juga dengan "metode ilmiah".

Ciri-ciri logika induktif

  • Sintesis, kesimpulan ditarik dengan mengintegrasikan kasus-kasus yang digunakan pada premis-premis
  • General, kesimpulan yang ditarik mencakup kasus yang lebih banyak
  • Aposteriori, landasan argument yang mendasari kasus-kasus merupakan hasil dari pengamatan inderawi
  • Kesimpulan tidak mungkin berisi nilai kepastian mutlak

Silogistik

Aristoteles mengklasifikasi bentuk utama penarikan kesimpulan menjadi dua yaitu melalui silogisme dan induksi, silogisme diartikan sebagai cara menarik kesimpulan secara deduktif yakni dari premis mayor ( umum ) ke premis minor ( khusus ), di sisi lain silogisme juga disebut dengan penyimpulan yang tidak langsung karena memperoleh penalaran dari dua masalah yang saling berhubungan dengan cara tertentu. Jika ditinjau secara umum silogisme terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Silogisme kategorik

Adalah jenis silogisme yang premis dan kesimpulannya bersifat kategoris, dan untuk memperoleh kesimpulan yang benar yaitu dengan memperhatikan tolak ukur silogisme

2. Silogisme hipotetik

Silogis hipotesis adalah silogis yang premisnya berupa kalimat bersyarat, yang ditandai dengan kata "jika" atau "bila"

3. Silogisme disjugtif

Merupakan silogisme yang premis mayornya berupa keputusan disjugtif yang melibatkan lebih dari satu pilihan kemungkinan, di sisi lain premis minornya bersifat kategorik dalam arti bisa setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada premis mayor.

Sebuah keputusan yang tepat, rasional, dan berdasarkan logika dapat berperan sebagai peta yang akan menemani perjalanan kita dalam membuka jendela cakrawala, keputusan yang tepat memang tidak selamanya berjalan lurus dengan semestinya terkadang ada batu loncatan yang harus dilalui untuk bisa sampai pada cakrawala dengan sejuta kebahagaian dan kepuasan yang ditawarkannya, jangan pernah takut mengambil keputusan karena konsekuensi yang mengikutinya, keputusan yang dibuat dengan logika tidak akan menyesatkan tuannya dari apa yang telah diputuskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun