Logika Deduktif dikonseptualisasikan sebagai penalaran yang mengkaji prinsip-prinsip kesimpulan yang sah bersumber dari bentuk dan kesimpulan yang dihasilkan sebagai keharusan yang datang dari akar pikirannya.Â
Dalam logika ini yang menjadi pertimbangan utama adalah bentuk kerja pikiran yang saling berhubungan dengan penalaran rasional yang bisa dibuktikan dan tidak adanya kesimpulan lain, maka proses penyimpulannya sudah sah dan efektif. Dikarenakan logika ini membicarakan tentang hubungan antar bentuk pernyataan saja dan tidak bergantung dari isi yang gambarkan membuat logika deduktif kerap dikenal dengan logika formal.
Ciri-ciri logika deduktif:
- Analitis, dimaksudkan bahwa kesimpulan daya tarik tidak hanya menggunakan analisa presmis-presmis yang sudah terdapat
- Tautologies, kesimpulan yang ditarik sudah tersirat dalam premisnya
- Apirori, kesimpulan diambil tanpa observasi sensorik dan tugas kampus
- Asumsi deduktif selalu dapat dinilai sah dan tidaknya
Logika Induktif
Logika yang sering dikenal dengan logika material ini mempunyai pengertian sebagai sistem penalaran yang mengkaji prinsip penyimpulan yang akurat dari serangkain fakta khusus sampai pada kesimpulan umum yang  masih bersifat kemungkinan.Â
Kenapa logika ini kerap disebut dengan logika material? Karena logika ini berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung pada kesesuaian realita, maka dari situ kesimpulan logika ini bersifat kemungkinan dalam arti tidak adanya bukti yang menyangkal maka kesimpulan itu benar tetapi tidak dapat dikatakan pasti. Logika induktif adalah subjek metodologi ilmiah dengan kata lain bahwa metode ilmiah adalah perluasan dari logika induktif, oleh karena itu logika induktif disebut juga dengan "metode ilmiah".
Ciri-ciri logika induktif
- Sintesis, kesimpulan ditarik dengan mengintegrasikan kasus-kasus yang digunakan pada premis-premis
- General, kesimpulan yang ditarik mencakup kasus yang lebih banyak
- Aposteriori, landasan argument yang mendasari kasus-kasus merupakan hasil dari pengamatan inderawi
- Kesimpulan tidak mungkin berisi nilai kepastian mutlak
Silogistik
Aristoteles mengklasifikasi bentuk utama penarikan kesimpulan menjadi dua yaitu melalui silogisme dan induksi, silogisme diartikan sebagai cara menarik kesimpulan secara deduktif yakni dari premis mayor ( umum ) ke premis minor ( khusus ), di sisi lain silogisme juga disebut dengan penyimpulan yang tidak langsung karena memperoleh penalaran dari dua masalah yang saling berhubungan dengan cara tertentu. Jika ditinjau secara umum silogisme terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Silogisme kategorik
Adalah jenis silogisme yang premis dan kesimpulannya bersifat kategoris, dan untuk memperoleh kesimpulan yang benar yaitu dengan memperhatikan tolak ukur silogisme