"Pembelajaran Sosial dan Emosional"
SEBAGAI seorang insan yang memilih profesi menjadi seorang pendidik, tentunya harus siap dan berani menghadapi segala konsekuensi sebagai pendidik. Diantara peran utama pendidik yakni mendampingi murid di sekolah sepanjang hari. Maka, dalam mendampingi murid, kita patut memikirkan bagaimana menuntun mereka untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing mereka agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggitingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya.
Hal itu, seperti yang telah digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Indonesia, bahwa pendidik itu diibaratkan sebagai seorang petani, sedangkan murid adalah bibit tanaman yang harus dirawat oleh petani hingga bibit tanaman tumbuh dengan baik. Selain merawat tanaman, petani tentu juga harus menjaga bibit tanaman, seperti menghindari dari ancaman binatang, hama, musim dan lain sebagainya. Â
Demikian kita sebagai pendidik, tentu juga memahami dan menyadari pentingnya perkembangan murid terjadi secara holistik; bukan hanya intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter.
Kita sebagai pendidik tentu prihatin dengan meningkatnya berbagai kasus remaja atau generasi muda saat sekarang, Â seperti kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pernikahan usia dini dan kehamilan di bawah usia, murid yang memiliki motivasi belajar rendah hingga putus sekolah, murid dengan gangguan emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja, menunjukkan masih lemahnya perkembangan sosial dan emosional para murid kita. Â Maka, pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional murid adalah sebuah urgensi yang mesti kita implementasikan dalam Pendidikan.
A. Defenisi dan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)Â
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Konsep pembelajaran sosial dan emosional dikembangkan berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning), dengan tujuan mengembangkan kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu :
- Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Konsep PSE berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. Pembelajaran sosial emosional berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak  secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.
Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut:
Dengan mencermati diagram hasil penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional tersebut, kita semakin memahami urgensi penerapan pembelajaran sosial dan emosional. Mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional di kelas, tidak hanya akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
B. Indikator pembelajaran sosial emosional (PSE)
Terdapat 4 indikator pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu:
- Pengajaran eksplisit. Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.Â
- Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik. Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani.
- Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Â Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah.
- Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di  sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara regular untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah:
a). Memodelkan (menjadi teladan):
Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Ini dapat meliputi:
- Menerapkan kompetensi sosial emosional dalam peran dan tugas
- Menciptakan budaya mengapresiasi
- Menunjukkan kepedulian
b). Belajar:Â
Pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan  kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan ini dapat meliputi:
- Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi
- Berkolaborasi di tempat kerja
- Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya
- Mengembangkan pola pikir bertumbuh
- Memahami tahapan perkembangan murid
- Meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri)
- Â Mengagendakan sesi berbagi praktik baik. Â Â
  c). Berkolaborasi:Â
- Menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE Â di seluruh sekolah. Kegiatan dapat meliputi:
- Membuat kesepakatan bersama-sama
- Membuat komunitas belajar profesional
- Membuat sistem mentoring rekan sejawat
- Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat  guru.
Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan :
Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa.
C. Kesadaran Penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE).
- Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins,2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami mengalami hambatan untuk benar-benar dialami.Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi  pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan 'mengalaminya' sendiri. Â
- Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Meski demikian, terdapat juga praktik-praktik terpadu yang dikemas secara khusus untuk membantu kita. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas.
D. Kesimpulan
1. Keterkaitan antar materi (Pembelajaran sosial emosional dengan modul sebelumnya).
Pada modul 2.2 pendidikan guru penggerak ini menyajikan pembahasan tentang pembelajaran sosial dan emosional yang membahas bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid. Â Keterkaitan dengan materi modul sebelumnya sangat erat, yaitu bagaimana upaya dalam menciptakan Pendidikan atau pembelajaran yang betul-betul berpihak pada murid sesuai profil pelajar pancasila :
- Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, membahas refleksi seorang pendidik dalam mengenali diri, tugas dan tanggungjawab.
- Modul 1.2 Nilai-nilai guru penggerak, Â menguatkan nilai-nilai diri pendidik yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak.
- Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, peran guru penggerak mewujudkan profil pelajar pancasila
- Modul 1.4 Budaya Positif. Menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling  mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik
- Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi. Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
2. Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di sekolah ?
Sebelum mempelajari modul 2.2 pembelajaran sosial emosional ini, saya tidak terlalu memperhatikan bagaimana sikap sosial emosional, khususnya pada murid. Sehingga mungkin saja, terkadang dalam pembelajaran, murid ada yang tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan murid tersebut tidak bersemangat atau tidak tertarik pada materi pelajaran.
Dan setelah saya mempelajari dan memahami materi modul 2.2 ini secara mandiri maupun kelompok, saya menjadi mengerti bahwa pembelajaran sosial emosional pada prinsipnya tidak bisa dipisahkan dalam upaya menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), Â 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah :
- Meningkatkan 5 Kompetensi sosial emosional
- Menciptakan lingkungan belajar yang suportif
- Sikap pada diri sendiri, resfek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah.
Perubahan apa yang akan saya lakukan berkenaan dengan implementasi pembelajaran sosial dan emosional ? Saya akan berupaya agar pembelajaran sosial dan emosional dapat terlaksana dengan baik, sepertihalnya :
1). Bagi Murid
- Menciptakan Pengajaran eksplisit. Murid diberi kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan responsif dengan perkembangan budaya
- Mewujudkan Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE. Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani
- Pelibatan dan Suara murid. Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah, dan pembuat keputusan. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 2). Bagi rekan sejawat :
- Mewujudkan Iklim kelas dan sekolah yang mendukung. Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas.
- Fokus pada kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK). Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat. (*)Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Sekian..Â
Terimakasih, semoga bermanfaat..
CGP-5
SDN No.61/VII Bukit Murau I
Kab.Sarolangun
IZALMIANTO,S.HI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H