Mohon tunggu...
IZALMIANTO
IZALMIANTO Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah

Hi..., I'm an elementary school teacher from Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Thank you.. !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

25 September 2022   21:33 Diperbarui: 25 September 2022   22:01 29979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdapat 4 indikator pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu:

  • Pengajaran eksplisit. Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit. 
  • Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik. Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani.
  • Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah.  Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah.
  • Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di  sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara regular untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah:

a). Memodelkan (menjadi teladan):

Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Ini dapat meliputi:

  • Menerapkan kompetensi sosial emosional dalam peran dan tugas
  • Menciptakan budaya mengapresiasi
  • Menunjukkan kepedulian

b). Belajar: 

Pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan  kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan ini dapat meliputi:

  • Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi
  • Berkolaborasi di tempat kerja
  • Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya
  • Mengembangkan pola pikir bertumbuh
  • Memahami tahapan perkembangan murid
  • Meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri)
  •  Mengagendakan sesi berbagi praktik baik.    

   c). Berkolaborasi: 

  • Menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE  di seluruh sekolah. Kegiatan dapat meliputi:
  • Membuat kesepakatan bersama-sama
  • Membuat komunitas belajar profesional
  • Membuat sistem mentoring rekan sejawat
  • Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat  guru.

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan :

Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa.

C. Kesadaran Penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE).

  • Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins,2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami mengalami hambatan untuk benar-benar dialami.Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi  pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan 'mengalaminya' sendiri.  
  • Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Meski demikian, terdapat juga praktik-praktik terpadu yang dikemas secara khusus untuk membantu kita. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas.

D. Kesimpulan

1. Keterkaitan antar materi (Pembelajaran sosial emosional dengan modul sebelumnya).

Pada modul 2.2 pendidikan guru penggerak ini menyajikan pembahasan tentang pembelajaran sosial dan emosional yang membahas bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid.  Keterkaitan dengan materi modul sebelumnya sangat erat, yaitu bagaimana upaya dalam menciptakan Pendidikan atau pembelajaran yang betul-betul berpihak pada murid sesuai profil pelajar pancasila :

  • Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, membahas refleksi seorang pendidik dalam mengenali diri, tugas dan tanggungjawab.
  • Modul 1.2 Nilai-nilai guru penggerak,  menguatkan nilai-nilai diri pendidik yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak.
  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, peran guru penggerak mewujudkan profil pelajar pancasila
  • Modul 1.4 Budaya Positif. Menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling  mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik
  • Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi. Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

2. Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional di sekolah ?

Sebelum mempelajari modul 2.2 pembelajaran sosial emosional ini, saya tidak terlalu memperhatikan bagaimana sikap sosial emosional, khususnya pada murid. Sehingga mungkin saja, terkadang dalam pembelajaran, murid ada yang tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan murid tersebut tidak bersemangat atau tidak tertarik pada materi pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun