Brigjen TNI Agus Bhakti, bersama seluruh warga dan tokoh yang hadir, merasakan pengalaman yang luar biasa. Kapal yang meluncur dengan "sendiri" menjadi simbol betapa tradisi, doa, dan gotong royong memiliki kekuatan yang luar biasa dalam budaya masyarakat Bima.
Di tengah sorak-sorai yang masih menggema, Brigjen TNI Agus Bhakti menyampaikan rasa syukurnya. Dengan penuh rasa hormat, ia menyatakan bahwa Kalondo Lopi di Desa Sangiang bukan hanya tradisi lokal, tetapi juga warisan budaya Nusantara yang harus terus dilestarikan. Momen ini meninggalkan jejak tak terlupakan, tidak hanya di pantai Desa Sangiang, tetapi juga di hati setiap orang yang menyaksikannya.
Sang Panggita pun berkisah " Dulu saat Sultan Bima, Sultan La Mbila berperang dengan pasukan Spelman di Somba Opu, Sultan La Mbila maju ke Arena Pertempuran dengan Dirinya, Bayangannya dan Kuda La Manggila. sekarang Saat Kalondo Lopi, Kapal Berjalan sendiri ke Laut, Bapak Danrem diatasnya dan Bayangan Kapal".
Pamit dengan Harapan dan Doa
Di akhir acara, saat Brigjen TNI Agus Bhakti berpamitan untuk kembali ke Mataram, suasana haru menyelimuti. Warga dengan tulus mengantar beliau dengan doa dan harapan. Diiringi dengan doa "SALAMA TAHO RA NTAI"Â yang berarti "selamat jalan dan semoga Tuhan selalu menyertaimu," warga Bima menunjukkan rasa terima kasih dan cinta yang mendalam kepada pemimpin yang telah meninggalkan jejak peradaban di hati mereka.
Kepergian Brigjen TNI Agus Bhakti, Danrem 162/Wirabhakti, dari Desa Sangiang, Wera, Kabupaten Bima, meninggalkan kesan yang mendalam di hati setiap warga. Selama kunjungannya, beliau bukan hanya seorang pemimpin militer, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan mereka, merasakan denyut nadi budaya, tradisi, dan harapan masyarakat Bima. Momen ini menjadi sebuah cerita yang akan terus dikenang.
Kedekatan yang Menghormati