Tak jauh dari gunung, air panas yang bersumber dari aktivitas vulkanik mengalir ke laut. Area ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama penyelam, karena kawasan perairan di sekitarnya adalah destinasi diving kelas dunia. Habitat ikan langka seperti football fish menambah pesona bawah laut Pulau Sangiang, menjadikannya surga tersembunyi di Timur Indonesia.
Acara pelepasan kuda di Pulau Sangiang bukan sekadar kegiatan simbolis, melainkan perwujudan dari semangat pelestarian tradisi dan alam. Dalam setiap langkah yang dilakukan, tersirat penghormatan mendalam terhadap warisan leluhur dan alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bima.
Danrem 162/Wirabhakti dan rombongan meninggalkan Pulau Sangiang dengan kesan mendalam, membawa pulang cerita tentang kuda Bima, Gunung Sangiang, dan keindahan yang terpatri dalam tradisi serta alam Nusantara. Kegiatan ini menjadi salah satu pengingat bahwa menjaga tradisi adalah menjaga identitas, dan melestarikan alam adalah bentuk rasa syukur atas anugerah Sang Maha Kuasa.
Sesuai Filosofi Orang Bima:
Wei Taho (Istri yang Baik)
'Daha Taho (Senjata yang baik)
Uma Mataho (Rumah yang Baik)
Jara Taho (Kuda yang Baik)
Takjub: Kapal yang Meluncur dengan Doa dan Kebersamaan
Setelah menyelesaikan pelepasan kuda di Pulau Sangiang, rombongan Brigjen TNI Agus Bhakti, Danrem 162/Wirabhakti, kembali ke Desa Sangiang. Saat tiba, suasana di pantai sudah ramai. Kapal Pinisi yang menjadi pusat tradisi Kalondo Lopi telah berada dalam posisi menukik, siap untuk ditarik secara massal menuju laut. Namun, sebuah keputusan penting dari Panggita Wera (tokoh spiritual) mengubah suasana menjadi lebih khidmat.