Ungkapan seperti "Akke ku Dou.. re"---yang berarti "Ini benar benar orang" dalam bahasa Bima---menggambarkan penghargaan mendalam masyarakat terhadapnya.
Di sela-sela kegiatan, Brigjen Agus Bhakti meresmikan sarana sanitasi bagi warga pesisir, mengunjungi bazar kuliner, dan terpikat oleh keindahan kain tenun tradisional Bima. Ia terkesima dengan suara alat tenun yang menciptakan harmoni antara bunyi manti dan lira, menghasilkan kain Ngoli dan Salungka Mbojo yang memikat.
Mitigasi Bencana dalam Balutan Budaya
Kalondo Lopi juga menjadi momentum strategis untuk menggelar kekuatan mitigasi bencana. Terlibatnya berbagai pihak seperti TNI, Polri, BPBD, dan Syahbandar menunjukkan bagaimana tradisi ini juga menjadi simulasi koordinasi dalam menghadapi bencana alam. Dengan posisi Gunung Sangiang sebagai gunung api aktif, kesiapan mitigasi menjadi hal yang sangat relevan.
Doa dan Ritual Sakral Kapal Pinisi
Tradisi Kalondo Lopi tak hanya menjadi ajang budaya, tetapi juga simbol gotong royong dan nilai-nilai spiritual masyarakat Bima. Kapal tradisional yang diberi nama "Akbar Wira Bhakti" oleh Brigjen Agus menjadi lambang kecintaan dan perhatian sang jenderal terhadap Bima.