Mohon tunggu...
Adzim
Adzim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seseorang yang suka sendirian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Makro Islam

21 Desember 2024   07:09 Diperbarui: 21 Desember 2024   07:09 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi Makro: Dasar-Dasar, Konsep, dan pengendalian kebijakan moneter dan fiskal 

M. Fadli Qia Adzim

fadliadzim05@gmail.com

Progam Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN K. H. Abdurrahman wahid Pekalongan

ABSTRAK

Ekonomi makro mempelajari fenomena besar dalam perekonomian, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran, serta bagaimana kebijakan moneter dan fiskal memengaruhi keseimbangan ekonomi. Artikel ini menjelaskan peran kebijakan pemerintah dan bank sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi, termasuk upaya mengendalikan inflasi, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, artikel ini membahas tantangan yang dihadapi negara berkembang, seperti volatilitas harga komoditas dan tekanan ekonomi global. Ditekankan bahwa koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Kata Kunci: ekonomi makro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, inflasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, negara berkembang

Bottom of Form

Abstract

Macroeconomics studies large-scale phenomena in the economy, such as economic growth, inflation, and unemployment rates, as well as how monetary and fiscal policies affect economic stability. This article explains the role of government and central bank policies in maintaining economic stability, including efforts to control inflation, create jobs, and promote economic growth. Additionally, this article discusses the challenges faced by developing countries, such as commodity price volatility and global economic pressures. It emphasizes that coordination between fiscal and monetary policies is crucial to achieving sustainable and inclusive economic growth.

Keywords: macroeconomics, monetary policy, fiscal policy, inflation, economic growth, economic stability, developing countries

Pendahuluan

Ekonomi makro adalah salah satu cabang utama dalam ilmu ekonomi yang berfokus pada kajian tentang fenomena ekonomi dalam skala besar atau secara keseluruhan. Bidang ini membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan kinerja dan struktur perekonomian suatu negara atau bahkan perekonomian dunia secara umum. Beberapa topik utama yang menjadi perhatian dalam ekonomi makro mencakup pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, neraca perdagangan, serta kebijakan fiskal dan moneter yang bertujuan untuk mencapai stabilitas dan kemajuan ekonomi. Berbeda dengan ekonomi mikro yang mengkaji perilaku ekonomi individu, rumah tangga, atau perusahaan, ekonomi makro berupaya memahami bagaimana berbagai komponen dalam perekonomian saling berinteraksi untuk menciptakan hasil secara keseluruhan. Dalam analisisnya, ekonomi makro menggunakan indikator agregat seperti Produk Domestik Bruto (PDB), Indeks Harga Konsumen (IHK), dan tingkat investasi untuk mengevaluasi kondisi ekonomi dan merumuskan kebijakan yang relevan. Salah satu tujuan utama ekonomi makro adalah memastikan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan peningkatan kapasitas produksi suatu negara, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, stabilitas ekonomi juga menjadi fokus utama. Misalnya, inflasi yang terlalu tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat, sedangkan inflasi yang terlalu rendah atau deflasi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Melalui kajian ekonomi makro, berbagai pihak dapat memperoleh pemahaman yang mendalam untuk mengambil keputusan strategis yang mendukung pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran yang menggabungkan kajian literatur dan analisis opini. Data sekunder diperoleh dengan mengutip berbagai jurnal dan makalah ilmiah yang relevan dengan topik ekonomi makro. Analisis dilakukan dengan membandingkan temuan literatur dengan interpretasi subjektif, untuk mengidentifikasi relevansi kebijakan ekonomi makro terhadap tantangan lokal. Proses ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru yang bersifat praktis sekaligus kritis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 Pengertian Ekonomi Makro Islam 

Ekonomi Makro Islam adalah ilmu yang membahas kebijakan ekonomi dalam skala besar, dengan fokus pada pengelolaan yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam memahaminya, kita perlu ingat bahwa ekonomi dalam Islam berakar pada keimanan kepada Allah dan syariat-Nya. Ini adalah landasan utama. Selain itu, ekonomi Islam juga berdasarkan pada petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi yang disampaikan dalam bahasa Arab. (h.h, 2021)

Ekonomi Makro Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang dirancang untuk menciptakan pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang, serta mampu mengatasi tantangan yang dihadapi oleh negara maju maupun berkembang. Sistem ini mengedepankan pemerintahan dengan peran yang terbatas, hanya mengurus hal-hal dasar seperti menjaga keamanan, keadilan, pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, serta kesejahteraan bagi masyarakat yang membutuhkan. Dalam ekonomi Islam, utang dan bunga dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan prinsip keadilan. Sistem ini juga mendorong kebebasan pasar di berbagai sektor, termasuk pasar tenaga kerja, keuangan, perdagangan, dan valuta asing. Namun, pemerintah harus bertindak sesuai dengan aturan Syariah dalam hal perpajakan dan regulasi, serta mengurangi pengeluaran yang tidak produktif untuk fokus pada pengeluaran yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (h.h, 2021)

Ilmu ekonomi Islam dapat dipelajari dalam dua cakupan, yaitu mikro dan makro. Ekonomi mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana individu atau unit pengambil keputusan, seperti rumah tangga, perusahaan, dan industri, berfungsi dan berperilaku. Sementara itu, ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mengkaji perilaku ekonomi secara keseluruhan, seperti pendapatan nasional, tingkat pengangguran, dan total produksi, pada tingkat nasional atau negara. (h.h, 2021)

Tiga pihak utama dalam perekonomian, yaitu rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan, saling berinteraksi melalui tiga jenis pasar berikut:

Pasar Barang dan Jasa: Di pasar ini, perusahaan menyuplai barang dan jasa yang kemudian dibeli oleh rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan lain.

Pasar Tenaga Kerja: Rumah tangga menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pemerintah di pasar ini.

Pasar Uang: Lembaga keuangan berfungsi untuk menghubungkan penawaran dan permintaan dana antara pelaku ekonomi.

Tujuan utama dalam ekonomi makro mencakup: 

pertumbuhan ekonomi

stabilitas harga

menghapus pengangguran

pendistribusi yang lebih adil

keseimbangan eksternal. (h.h, 2021)

Perbedaan Ekonomi Makro Islam Dengan Makro Konvensional Ekonomi Makro Islam

Ekonomi Makro Islam adalah studi yang mempelajari bagaimana perilaku ekonomi manusia diatur sesuai dengan ajaran agama Islam, yang berlandaskan pada prinsip tauhid yang tercermin dalam rukun Islam dan rukun iman. Ekonomi Islam lebih dari sekadar ekonomi syariah, tetapi juga mencerminkan peradaban Islam yang memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Prinsip dasar ekonomi Islam diambil dari Al-Qur'an, hadits, serta gagasan para filsuf. Tujuan ekonomi Islam dalam konsumsi adalah untuk mencari manfaat dalam segala aspek kehidupan. Aturan ekonomi Islam tidak bisa dipisahkan dari ajaran Islam yang lebih luas, mencakup semua aspek kehidupan. Fondasi ekonomi Islam berakar pada ajaran inti Islam, yang sesuai dengan sifat alami manusia, sehingga penerapannya tidak menimbulkan konflik. (Fahrudin, 2024)

Kebebasan ekonomi yang terkendali adalah salah satu prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam. Dalam sistem ini, setiap orang diberi kesempatan untuk mengejar kepentingan pribadi dan potensi mereka tanpa ada batasan pendapatan. Namun, kegiatan ekonomi tetap dijalankan dengan tanggung jawab terhadap masyarakat. Kecenderungan untuk terus mencari nafkah dipandu oleh kewajiban sosial, menciptakan keseimbangan antara kebutuhan individu dan kepentingan bersama. Dengan cara ini, perdagangan dapat berjalan dengan lancar tanpa merusak tatanan sosial yang sudah ada. (Fahrudin, 2024)

Ekonomi Makro Konvensional 

Ekonomi makro konvensional adalah sistem ekonomi yang memberikan kebebasan bagi semua pihak untuk melakukan kegiatan ekonomi, baik yang diawasi oleh pemerintah maupun tidak. Dalam sistem ini, ada dua aliran utama, yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis. Dalam ekonomi konvensional, diasumsikan bahwa konsumen berfokus pada pemenuhan kepuasan atau manfaat yang diperoleh dari konsumsi mereka. Istilah utilitas sendiri berarti keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Selain itu, dalam prinsip ekonomi tradisional, ada beberapa aturan dasar yang digunakan, seperti kebutuhan, kelanjutan, dan semakin banyak konsumsi dianggap semakin baik. (Fahrudin, 2024)

Selain itu, dalam ekonomi konvensional, sering kali seseorang lebih memilih berdasarkan keinginan pribadi daripada kebutuhan yang sesungguhnya. Jika seseorang terus-menerus mengejar apa yang diinginkannya, tanpa mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang, maka nilai kepuasan yang didapat dari pilihan tersebut akan semakin menurun. Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin lama seseorang mendapatkan sesuatu, semakin berkurang pula manfaat atau kepuasan yang diperoleh darinya. (Fahrudin, 2024)

Prinsip Dasar Ekonomi Makro Islam

Prinsip-prinsip ekonomi Islam dibangun berdasarkan lima nilai inti yang sangat mendalam, yaitu Tauhid (keimanan), Adl (keadilan), Nubuwah (kenabian), Khilafah (kepemimpinan), dan Ma'ah (hasil). Kelima nilai ini bukan hanya menjadi dasar dalam teori ekonomi Islam, tetapi juga menjadi inspirasi dalam pembentukannya. Namun, meskipun teori ekonomi Islam sudah sangat kuat, jika tidak diterapkan dengan benar dalam kehidupan nyata, maka penerapannya tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada perekonomian dan hanya akan menjadi sebuah kajian akademis belaka. Oleh karena itu, prinsip-prinsip ekonomi Islam mengarah pada tiga hal penting: hak milik yang beragam, kebebasan dalam bertindak, dan keadilan sosial, yang membentuk sistem ekonomi Islam yang adil dan seimbang. (Fahrudin, 2024)

Selain nilai-nilai dan prinsip yang telah disebutkan, ekonomi Islam juga menekankan pentingnya moralitas dalam setiap aspek kehidupan. Moralitas ini adalah inti dari tujuan Islam dan dakwah Nabi, yang mengarah pada kesempurnaan akhlak manusia. Akhlak yang baik menjadi pedoman bagi para pelaku ekonomi dan dunia usaha dalam menjalankan kegiatan mereka. Nilai-nilai seperti tauhid (keesaan Tuhan), adl (keadilan), nubuwah (kenabian), khilafah (kepemimpinan), dan ma'ad (tujuan akhir) memberikan dasar dan inspirasi untuk membentuk teori ekonomi Islam yang lebih adil dan bermanfaat bagi semua. (Fahrudin, 2024)

Pengendalian kebijakan Moneter dan Fiskal 

Pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter oleh dua lembaga yang berbeda harus selaras dan saling mendukung. Bank Indonesia, dalam menangani inflasi, dapat mengambil langkah dengan mengurangi jumlah uang beredar dan menaikkan suku bunga. Kebijakan ini bertujuan untuk menekan investasi dan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, Kementerian Keuangan melalui kebijakan fiskal dapat mengurangi belanja negara serta menaikkan pajak bagi individu dan perusahaan. Kedua langkah ini dirancang untuk mengurangi pengeluaran pemerintah, investasi, dan konsumsi masyarakat. (Daulay, 2019)

Untuk mengatasi inflasi, Bank Indonesia mengadopsi kebijakan moneter baru dengan memperkenalkan suku bunga acuan bernama BI 7-Day (Reverse) Repo Rate, menggantikan BI Rate. Kebijakan ini mulai diberlakukan pada 19 Agustus 2016. Langkah ini mengikuti praktik terbaik internasional dan merupakan pendekatan yang umum diterapkan oleh bank sentral di berbagai negara. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas kerangka operasi moneter guna mencapai target inflasi yang telah ditetapkan.

Instrumen BI 7-Day Repo Rate memiliki keunggulan karena dapat segera memengaruhi pasar uang, sektor perbankan, dan aktivitas ekonomi riil. Dibandingkan BI Rate, instrumen ini memiliki hubungan yang lebih erat dengan suku bunga di pasar uang dan bersifat transaksional, sehingga dapat diperdagangkan di pasar keuangan. Selain itu, penggunaan instrumen ini membantu memperdalam pasar keuangan, terutama dalam transaksi repo.

Meskipun ada perubahan, arah kebijakan moneter tetap sama karena baik BI Rate maupun BI 7-Day Repo Rate berada dalam kerangka suku bunga yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada jangka waktu penggunaannya, di mana BI Rate setara dengan instrumen berjangka 12 bulan, sedangkan BI 7-Day Repo Rate memiliki tenor hanya 7 hari. (Daulay, 2019)

Bank sentral atau otoritas moneter memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi makro melalui kebijakan moneter. Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan jumlah likuiditas di perekonomian berada pada tingkat yang tepat, sehingga transaksi perdagangan dapat berjalan lancar tanpa memicu inflasi yang berlebihan.

Beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi kebijakan moneter meliputi jumlah uang yang beredar (money supply), tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan ekspektasi masyarakat. Suku bunga, misalnya, dapat memengaruhi investasi di sektor industri, yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan produksi. Sementara itu, nilai tukar berdampak pada harga produk dan bahan baku, baik untuk kebutuhan domestik maupun internasional.

Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif atau kontraktif, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika pemerintah meningkatkan jumlah uang yang beredar, maka kebijakan tersebut disebut ekspansif. Sebaliknya, jika pemerintah mengurangi jumlah uang beredar, maka kebijakan itu disebut kontraktif. Kedua pendekatan ini digunakan untuk mengelola stabilitas ekonomi sesuai dengan kondisi yang ada. (Daulay, 2019) 

Dalam kebijakan moneter yang diterapkan pemerintah saat ini, jika dilihat dari perspektif ekonomi Islam, tidak ada instrumen kebijakan moneter seperti yang kita kenal sekarang yang digunakan pada masa awal Islam. Hal ini disebabkan karena pada masa itu belum ada sistem perbankan modern seperti saat ini.

Salah satu instrumen yang sekarang digunakan adalah operasi pasar terbuka, seperti jual beli surat berharga. Namun, metode ini tidak ditemukan dalam sejarah perekonomian Islam pada masa awal perkembangannya. Di sisi lain, sistem yang diterapkan pemerintah saat ini, yang berkaitan dengan konsumsi, tabungan, investasi, dan perdagangan, secara otomatis telah menciptakan instrumen yang dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan moneter. (Daulay, 2019)

 Dalam teori makroekonomi, kebijakan fiskal adalah langkah-langkah ekonomi yang diambil untuk memperbaiki kondisi perekonomian dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran negara. Dua hal utama dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan negara (seperti pajak) dan pengeluaran negara. Pemerintah berusaha menyusun keseimbangan antara keduanya untuk mencapai stabilitas ekonomi. Beberapa instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal untuk menjaga kestabilan ekonomi antara lain: a) Mengubah tarif pajak bagi rumah tangga; b) Mengatur belanja pemerintah untuk sektor atau pengusaha tertentu; c) Memberikan insentif atau subsidi kepada pengusaha tertentu untuk mendorong pertumbuhan.

 (Daulay, 2019)

SIMPULAN

Ekonomi makro berperan penting dalam menganalisis fenomena ekonomi agregat, baik secara konvensional maupun Islam. Kebijakan moneter dan fiskal digunakan untuk menjaga stabilitas, meningkatkan pertumbuhan, mengendalikan inflasi, dan mengurangi pengangguran. Ekonomi Islam mengedepankan nilai syariah seperti keadilan dan keberlanjutan, serta menawarkan alternatif berbasis moralitas yang melarang riba dan spekulasi berlebihan. Sebaliknya, ekonomi konvensional fokus pada efisiensi dan utilitas, menghadapi tantangan global seperti inflasi dan ketimpangan ekonomi. Kolaborasi antara kebijakan fiskal dan moneter yang terintegrasi diperlukan untuk menciptakan stabilitas dan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. H. (2021). EKONOMI MAKRO ISLAM, 3-5

Fahrudin, M. F., Fajar, M. I., & Hendra, J. (2024). Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam (4), 1851-1855.

3.    Daulay, 

A. N., Syahbudi, M., & Lubis, F. A. (2019). Ekonomi Makro Islam.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun