Saya cek di online, pada 2019 impor gandum kita  hampir 11 juta ton.  Satu Bushel gandum (satuan untuk  bahan pertanian dari Barat), mencapai US $ 5,27. Satu bushel setara 27,3 kg gandum.
Akan tetapi, dukungan  murni dengan spirit nasionalisme berkunjung ke pabrik Sagu  di Bangka itu, berujung pesan Whatsapp ke Doni dari warga bermunculan. Mereka memprotes, karena pabrik ini dianggap warga mencemari lingkungan, baunya menganggu kesehatan masyarakat. Tentulah, Doni tak mengetahui latar itu sama sekali. Â
Kamis petang, ia kordinasi dengan  tim dari BNPB, memfasilitasi pertemuan warga dengan pabrikan. Maka Jumat pagi itu sedianya pukul 07.30 sudah take off ke Lampung, namun di salah satu ruangan hotel menginap, Doni memimpin langsung pertemuan  dua sisi itu dengan dihadiri Gubernur Erzaldi.
"Ini di luar tugas Covid, saya sangat peduli soal tanaman pangan ini," kata Doni membuka kata.
Ia bercerita sempat bertemu dengan Anthony Salim,  menyimak pabrik pengolahan  mie terbesar Grup Salim. Tetapi mereka belum mampu bikin Sagu menjadi mie. "Karena itu saya tertarik ke pabrik," katanya pula, "Saya tak ikutan di masalah hukum  jika ada."
Lagi-lagi gerak ketulusan.
Doni juga menceritakan singkat bagaimana kumuh-kusutnya kali Citarum dulu, akibat lebih 3.000 pabrik  tekstil di  Bandung membuang limbah silam. Publik masih ingat program Citarum Harum dicetuskannya, awalnya begitu alot berjalan, namun kemudian berhasil.
Doni tak mau ditawar, misalnya dengan "upeti" agar ada kelonggaran bagi industri tetap membuang limbah. Bila kini Citarum Harum dapat dikatakan sukses, diawali tekadnya. "Kalau saya terima  satu miliar dari satu pabrik, lalu saya kendor, diam, tentu Citarum tak harum-harum," katanya tersenyum.
"Nah ini satu pabrik, harusnya bisa diselesaikan soal limbah dan bau ini," katanya.
Doni punya jaringan ternyata ke pembuat Eco Enzym, senyawa penghilang bau, pembersih limbah. Produk ini tidak diperjual-belikan bebas, tapi bisa diproduksi dengan pemberdayaan warga setempat dengan supervisi teknis  dari jaringan Doni.
Sudah jelang pukul setengah sepuluh kami di ruangan VIP Bandara Dipati Amir, Pangkalpinang. Saya simak konsen Letjen ini masih soal pabrik Sagu. Maka ketika ada Vindyarto Purbalinarko, pemilik pelabuhan dan kawasan industri Sadai, saya minta memberikan lahan di kawasannya untuk diberikan cuma-cuma ke pabrik Sagu, mungkin pabrik bisa dipindahkan ke sana. Doni mengajak bicara khusus, apalagi ia pun kemudian paham, selain Sagu, pabrik di Bangka itu, juga membuat Tapioka. Konon  Tapioka ini memang sulit dihilangkan baunya. Saya duga hingga tulisan ini diupload, Doni saya pastikan masih memantau ihwal pabrik Sagu, Bangka, ini.