Mohon tunggu...
Narliswandi Piliang
Narliswandi Piliang Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveller, Content Director, Citizen Reporter, Bloger, Private Investigator

Business: Products; Coal Trading; Services: Money Changer, Spin Doctor, Content Director for PR, Private Investigator. Social Activities: Traveller, Bloger. email: iwan.piliang7@yahoo.com\r\nmobile +628128808108\r\nfacebook: Iwan Piliang Dua , Twitter @iwanpiliang7 Instagram @iwanpiliangofficial mobile: +628128808108

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nyawa Tuti "Ruh", Bukan Notifikasi

2 November 2018   09:24 Diperbarui: 2 November 2018   18:20 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RENGGINANG, Keripik, dari Majalengka, Jawa Barat langsung dilahap Tuti Tursilawati. Dua batik daster di pangkuannya. Makanan kecil dan daster itu, pesanan Tuti kepada ibundanya. Sang Ibu, Iti Sarniti, dari Desa Cikeusik, Sukahaji, Majalengka, Jawa Barat, bersama Migrant Care, menemui Tuti di penjara Arab Saudi, lima bulan lalu.

Ibu dan anak larut dalam rindu. Tidak bertepi. Mereka berpelukan. Isak tangis kian jadi. Ibunda Tuti terbata. Ia mengisahkan sang ayah 2017, tahun lalu itu berpulang.

Pada 29 Oktober 2018, Tuti telah dihukum mati pemerintah Arrab Saudi.

 "Anak saya diperkosa!"

"Kok dihukum mati?"

Lirih.

Keluarga menganggap anaknya bukan pembunuh. Tuti sesuai penuturan keluarga ke media, acap digoda majikan sudah tua. Entah untuk ke berapa kali. Di momen terakhir itu Tuti mendorong kursi roda sang majikan. Sang majikan tua lalu terjatuh. Ia dilarikan ke rumah sakit. Tiga hari kemudian si majikan berpulang. Atas peristiwa ini keluarga korban menuntut.

Beragam berita di media saat ini mempersoalkan hukuman mati itu tanpa notifikasi. Sesuai keterangan pemerintah, khususnya Direktur perlindungan warga, Kementrian Luar Negeri, banyak dikutip wartawan.

Bila Tuti bukan bagian dari kerabat kita, mungkin di antara Anda mengganggap biasa. Acap kisah pilu Tenaga Kerja Wanita (TKW) dihukum mati di Arab Saudi. Kini saja masih ada 13 menunggu keputusan hukuman mati dan ratusan kasus hukum berproses. Belum lagi kasus para over stayer di Arab Saudi sana, mulai dari berceceran di bawah jembatan, hingga dirayu oknum polisi, seakan tiada habisnya.

Lema hukum mati tanpa notifikasi, di-uar-kan banyak media, membuat tangan saya sangat terusik menulis. Nyawa direnggut, sejatinya bukanlah soal notifikasi dan tidak. Hukum di satu sisi, nyawa, ruh, sisi satunya.

Ijinkan saya menulis dalam kapasitas memiliki sedikit porto folio terhadap kasus kematian tak biasa, juga meng-advokasi beberapa kasus sejenis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun