Suara Ustad menggetarkan hati.
"Kembalilah ke Taprek."
Jabatan tangan Muazin tadi malam, merontokkan air mata jatuh.
Dari sana kami menyimak alam, keberagaman peradaban, tidak menganggu perbedaan agama. Suara Azan. Nyanyian tarian umat Budha semalam, menyatu dengan suara alam.
Mengingat video dikirim kawan itu, sosok  Bourdain, mengaku tak beragama sudah berpulang itu, mengenang  sahabat muda Sangkar, jebolan tes Gurka itu, hati seakan kembali kampung halaman Taprek. Kecerdasan lokal di sana tidak pernah mengatur suara Azan.
Mungkin jika ada peradaban lain, ingin mengatur-atur suara Azan, bisa jadi kurang berjalan-jalan.  Tidak melakukan investasi kenangan. Juga, agaknya, tak memahami berkeliling ke mana-mana  adalah investasi. Investasi kenangan.
Azan mengingatkan insan kepada kewajiban.
Hanya di dada mereka  berhati bersih paham mana premis mayor, mana premis minor, mafhum sekali bahasa logika, dipastikan mengerti Azan.
Dalam bahasa Indonesia ada subjek, predikat, objek dan keterangan, membentuk kalimat. Kata Syaidina Ali, kata, words, adalah ruh. Dalam text book pengantar ilmu komunikasi dasar, ruh dasar komunikasi: hati nurani, akal, budi. Mara ke berbagai alam membersihkan hati, menggembirakan nurani. Azan mengalirkan spirit ber-iqra. Kesemuanya itu membentuk kita menjadi makhluk berbudi.  Budi bahasa naluriah  soal Azan pastilah amanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H