Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Emosi dan Ambisi Mengalahkan Rasional Bisnis Elon Musk

7 September 2024   00:29 Diperbarui: 7 September 2024   00:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musk Halloween costume/nz.news.yahoo

Disrupsi Kontrol Emosi dan Ambisi Kebablasan Elon Musk Bisa Merugikan Bisnis

Pola pikir Elon Musk yang mudah berubah, terutama dalam dukungannya terhadap ide-ide radikal sayap kanan, mencerminkan perilaku impulsif dan kecenderungan narsistik yang berakar pada kebutuhan akan kontrol dan dominasi. Analisis psikologis terhadap tindakannya menunjukkan bahwa Musk sering kali mengambil sikap provokatif dan tidak mempertimbangkan dampak jangka panjang dari pandangannya, terutama saat menyentuh topik sensitif. Ungkapan-ungkapan yang diekspresikan di platform X (sebelumnya Twitter) memberi wawasan tentang bagaimana ia berinteraksi dengan ide-ide kontroversial dan ekstremis, termasuk pujiannya terhadap maskulinitas beracun dan sikap merendahkan terhadap mereka yang tidak sesuai dengan gagasan kekuatan menurutnya.

Kecenderungannya untuk memperkuat retorika eksklusif ini menunjukkan pengabaian terhadap norma-norma diskusi yang penuh rasa hormat dalam masyarakat terbuka. Musk tidak hanya menormalkan ideologi-ideologi ini, tetapi juga berisiko merusak kohesi sosial dan standar etika. Tindakannya mengungkapkan prioritas terhadap sikap yang memancing kontroversi, alih-alih komunikasi yang bijaksana dan terukur, terutama ketika pandangannya sejalan dengan agenda sayap kanan ekstrem.

  1. Perilaku Impulsif dan Sifat Volatile Elon Musk dikenal karena perilaku impulsifnya di media sosial. Dalam sebuah wawancara, dia pernah mengungkapkan bahwa dirinya cenderung bertindak secara impulsif: "I do things impulsively. I don't really have a process." Hal ini menggambarkan bahwa dia sering mengambil keputusan dan membuat pernyataan tanpa berpikir panjang atau mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Ini sejalan dengan dukungannya terhadap ide-ide yang kontroversial, seperti pandangan bahwa hanya pria "berstatus tinggi" yang seharusnya mengelola masyarakat, sebuah gagasan yang muncul dari komunitas alt-right dan mengesampingkan kelompok lain.

  2. Narcissism dan Kebutuhan Validasi Musk menunjukkan ciri-ciri narsistik yang kuat, yang sering kali diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk mendapat perhatian dan pengakuan. Narcissism sering dikaitkan dengan keyakinan bahwa individu memiliki keunggulan yang melekat dan hak untuk memimpin. Misalnya, dukungannya terhadap ide bahwa "alpha males" atau pria berstatus tinggi yang memiliki tingkat testosteron tinggi lebih unggul dalam membuat keputusan politik menunjukkan kecenderungan ini. Dalam sebuah diskusi di X, Musk merespon sebuah teori tentang "high testosterone alpha males" dengan mengatakan "interesting observation", menunjukkan ketertarikannya pada gagasan ini karena mungkin memperkuat citranya sebagai pemimpin superior yang mampu memikirkan secara bebas dan mengambil keputusan secara efektif.

  3. Kebutuhan akan Kontrol dan Hegemoni Dorongan Musk untuk mendukung pandangan radikal kanan mungkin berasal dari keyakinannya akan perlunya tatanan hierarkis di masyarakat yang memberdayakan kelompok "terpilih" yang dia lihat sebagai inovator atau pemimpin alami. Ini bisa dilihat dari pernyataannya mengenai pentingnya "high-status males" untuk menjalankan Republik yang bebas dari pengaruh demokrasi konsensus. Hal ini mencerminkan pandangan anti-demokratis dan otoritarian yang sering dijumpai dalam narasi alt-right, yang mempromosikan elitisme dan eksklusivitas dalam pengambilan keputusan.

  4. Rejection of Social Norms (Penolakan terhadap Norma Sosial) Musk kerap menolak norma-norma sosial yang ada, yang sering diartikulasikan sebagai "free speech absolutism", meskipun banyak dari pernyataannya justru melanggar norma-norma sosial dasar tentang kesopanan dan rasa hormat. Misalnya, ketika Musk mempromosikan wawancara Tucker Carlson dengan individu yang meminimalkan Holocaust, dia kemudian menghapus cuitan tersebut setelah mendapat reaksi negatif. Ini menunjukkan pola di mana dia sering kali menguji batas-batas sosial hanya untuk kemudian menarik kembali atau merevisi ketika tekanan publik terlalu besar, tetapi tetap tidak berubah secara fundamental.

  5. Learning from Mistakes (Adakah Pembelajaran?) Mengingat pola pikir Musk yang sering mendukung gagasan radikal, masih ada ruang untuk perbaikan. Salah satu cara dia dapat belajar adalah dengan lebih menghargai tanggung jawab yang datang dengan platformnya. Karena ia memiliki pengaruh besar terhadap jutaan pengikut, penting baginya untuk memahami konsekuensi sosial dan etika dari pesannya. Psikolog sosial menyebut fenomena ini sebagai "responsibility amplification", di mana individu berpengaruh memiliki tanggung jawab lebih besar untuk mempertimbangkan dampak pernyataan mereka.
    Poin Pembelajaran Potensial:


    • Empati dan Kesadaran Sosial: Mengadopsi pendekatan yang lebih empatik terhadap diskusi sosial dapat membantu Musk dalam menyeimbangkan pandangan individualistis dan tanggung jawab sosialnya. Ini akan membawanya untuk lebih mempertimbangkan bagaimana komentar dan dukungannya terhadap ide-ide ekstremis berdampak pada kelompok minoritas dan struktur masyarakat terbuka.

    • Pengendalian Impulsif: Musk bisa lebih baik dalam mengendalikan impulsivitasnya, dengan mempraktikkan refleksi sebelum bertindak di ruang publik. Hal ini akan memungkinkan dia untuk membuat pernyataan yang lebih bijaksana dan menghindari kontroversi yang tidak perlu.

    • Konsistensi dalam Kebebasan Berbicara: Jika Musk ingin mendukung kebebasan berbicara, dia bisa memperdalam pemahaman tentang kebebasan ini dalam konteks demokrasi yang sehat, di mana kebebasan berbicara harus seimbang dengan tanggung jawab sosial dan menghormati batas-batas etika.

Secara keseluruhan, pola pikir Elon Musk yang cenderung mendukung agenda radikal kanan tampaknya didorong oleh kombinasi perilaku impulsif, kebutuhan untuk validasi, dan keinginan untuk meruntuhkan norma-norma sosial. Namun, jika Musk mampu belajar dari kritik dan mengambil tanggung jawab lebih besar atas dampak pernyataannya, dia memiliki potensi untuk berkontribusi pada percakapan sosial yang lebih konstruktif.

Alasan Elon Musk lebih condong mendukung ideologi radikal kanan bisa dilihat dari beberapa faktor, termasuk kekecewaan pribadi dan bisnis. Ada dua kemungkinan besar yang mempengaruhi pilihannya:

  1. Kurangnya Pengakuan dari Presiden Biden dan Partai Demokrat
    Musk beberapa kali menyuarakan kekecewaannya terhadap Presiden Biden dan Partai Demokrat, terutama karena merasa perannya sebagai inovator teknologi, terutama dalam bidang mobil listrik dan eksplorasi luar angkasa, tidak cukup diakui. Biden sering kali memuji perusahaan-perusahaan lain seperti GM dan Ford dalam industri kendaraan listrik, sementara Tesla---perusahaan pionir yang dipimpin Musk---sering kali tidak disebutkan secara eksplisit dalam pidato resmi. Rasa frustasi ini mungkin menjadi salah satu pemicu Musk untuk beralih ke radikal kanan, karena ia merasa lebih dihargai oleh kelompok yang memandangnya sebagai tokoh anti-establishment.

  2. Alasan Bisnis dan Kebijakan Subsidi
    Musk juga mungkin terdorong oleh alasan bisnis, khususnya terkait dengan kebijakan subsidi pemerintah di bawah administrasi Biden. Meskipun Tesla telah mendapatkan keuntungan dari subsidi energi bersih di masa lalu, kebijakan-kebijakan baru yang diperkenalkan oleh pemerintahan Biden mungkin belum memberikan dampak yang signifikan bagi Musk atau perusahaannya. Selain itu, partai Demokrat memiliki kecenderungan lebih kuat untuk mengatur perusahaan teknologi besar, terutama yang memiliki pengaruh besar terhadap data dan platform sosial seperti X (sebelumnya Twitter). Sikap pemerintahan Biden yang lebih mendukung regulasi ketat terhadap perusahaan-perusahaan teknologi ini mungkin dianggap sebagai ancaman bagi kebebasan bisnis Musk.

Pergeseran Ideologi sebagai Bentuk Reaksi
Musk, yang sering mendukung kebebasan individu dan menghindari intervensi pemerintah, mungkin merasa lebih cocok dengan pandangan radikal kanan yang cenderung menentang regulasi pemerintah dan mendukung kebebasan pasar yang lebih luas. Dengan mendukung kelompok ini, Musk mungkin merasa lebih leluasa untuk menjalankan bisnisnya tanpa batasan regulasi yang ketat dan mendapatkan dukungan politik dari kelompok yang lebih simpati terhadap pandangan anti-pemerintah dan pro-bisnis.

Secara keseluruhan, perpindahan Musk ke radikal kanan bisa dipahami sebagai reaksi terhadap kurangnya pengakuan dari pemerintahan Demokrat, serta kepentingan bisnisnya yang merasa terancam oleh kebijakan regulasi dan subsidi yang tidak sesuai harapan.

Sikap Elon Musk yang tampaknya mendukung agenda radikal kanan memang menciptakan kontradiksi yang signifikan, terutama mengingat perannya sebagai pendiri Tesla, perusahaan yang berfokus pada kendaraan listrik dan solusi energi bersih. Sementara Musk sering berbicara tentang pentingnya mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim, dukungannya terhadap kelompok radikal kanan yang cenderung mengabaikan atau bahkan menolak perubahan iklim menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dan ketulusan niatnya.

  1. Kontradiksi Ideologis
    Platform radikal kanan, khususnya di AS, sering mendukung industri bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara, serta mempromosikan kebijakan yang melonggarkan regulasi lingkungan. Frasa seperti "drill baby drill" mencerminkan ketidakpedulian terhadap dampak lingkungan dari eksploitasi sumber daya alam. Kelompok ini juga sering menolak konsensus ilmiah tentang pemanasan global dan perubahan iklim, bahkan menyebutnya sebagai "hoax" atau "agenda politik."

Musk, sebagai seorang pengusaha yang produknya (seperti kendaraan listrik Tesla dan panel surya) sangat bergantung pada tren global menuju energi bersih dan pengurangan emisi, tampaknya berseberangan dengan kelompok ini dalam isu lingkungan. Ini menciptakan kesan bahwa dukungannya terhadap sayap kanan lebih didorong oleh kepentingan pribadi (seperti kebebasan berpendapat, kurangnya regulasi, atau kemarahan pada pemerintahan Biden) ketimbang kepedulian terhadap isu lingkungan yang ia klaim peduli.

  1. Picik atau Strategis?
    Mungkin bukan sepenuhnya soal Musk tidak menyadari platform radikal kanan yang bertentangan dengan pandangan lingkungannya, melainkan Musk memilih memprioritaskan isu-isu yang saat ini lebih relevan dengan kepentingan pribadinya. Kebebasan berpendapat, penghindaran regulasi, dan dominasi pasar teknologi adalah hal-hal yang tampaknya lebih menarik baginya, bahkan jika itu berarti mendukung kelompok dengan pandangan yang bertolak belakang dengan solusi perubahan iklim.

Beberapa analis berpendapat bahwa Musk menggunakan pendekatan "pragmatic opportunism", di mana dia bersikap strategis dengan menyesuaikan afiliasi politik dan dukungan berdasarkan apa yang memberi keuntungan terbesar bagi bisnis dan citranya saat itu. Jadi, meskipun platform radikal kanan secara ideologis bertentangan dengan solusi teknologi bersih yang didorong Tesla dan SpaceX, Musk tampaknya bersedia untuk menyingkirkan perbedaan tersebut selama dia mendapat keuntungan di bidang lain yang dianggap lebih penting, seperti kebebasan berpendapat di platform media sosial X.

  1. Ketidakkonsistenan atau Deliberasi?
    Tindakan Musk yang sering kali kontradiktif---misalnya mendukung energi bersih sambil mempromosikan ide-ide yang secara eksplisit merugikan gerakan perubahan iklim---bisa dilihat sebagai cerminan pemikiran yang tidak konsisten, atau mungkin juga merupakan bentuk perhitungan yang disengaja. Dia mungkin merasa bahwa dengan mendukung kebijakan sayap kanan yang pro-bisnis dan anti-regulasi, dia bisa melindungi kepentingan bisnisnya di sektor teknologi, terlepas dari dampak negatif terhadap isu lingkungan yang dia dukung.

Secara keseluruhan, dukungan Musk terhadap kelompok radikal kanan ini menunjukkan bahwa dia bersedia menempatkan isu lingkungan di belakang, selama kepentingan bisnisnya dan pandangan pribadinya tentang kebebasan berpendapat dan otonomi pasar terjaga. Hal ini dapat membuatnya tampak picik atau tidak sepenuhnya menyadari dampak dari dukungannya terhadap kelompok yang tidak percaya pada perubahan iklim.

Terakhir

Poin yang sangat penting tentang kontradiksi jangka panjang dari dukungan Elon Musk terhadap kelompok radikal kanan. Secara strategis, dukungan ini mungkin memberikan keuntungan politik atau finansial dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, pandangan radikal kanan cenderung tidak sejalan dengan visi teknologi dan inovasi yang Musk usung. Beberapa alasan yang memperkuat argumen bahwa dukungannya mungkin menjadi bumerang adalah:

1. Kontradiksi Ideologis Teknologi vs. Tradisionalisme

Kelompok radikal kanan, terutama mereka yang mendukung slogan seperti "Make America Great Again," sering kali mengidealkan masa lalu yang konservatif dan anti-globalisasi. Teknologi, terutama inovasi yang berhubungan dengan energi bersih dan perubahan sosial (seperti DEI atau diskusi tentang keadilan rasial), dianggap sebagai ancaman terhadap "nilai-nilai tradisional." Sebagai contoh, radikal kanan umumnya cenderung skeptis atau bahkan menolak sains dan teknologi yang mendukung perubahan iklim, energi bersih, serta perkembangan teknologi yang membawa perubahan sosial signifikan.

Ini jelas bertentangan dengan usaha Musk di bidang teknologi maju, seperti kendaraan listrik Tesla dan eksplorasi luar angkasa dengan SpaceX. Jika radikal kanan berhasil memundurkan Amerika ke masa "kejayaan" yang lebih tradisional, ada kemungkinan besar teknologi inovatif seperti yang diusung Musk akan mendapat penolakan, baik secara politik maupun sosial.

2. Pelarangan Kebebasan Berpendapat

Musk kerap mengklaim bahwa dia mendukung kebebasan berpendapat di platform X. Namun, kelompok radikal kanan sendiri seringkali terlibat dalam pemberangusan kebebasan berpendapat dengan cara yang lebih selektif. Contohnya, pelarangan buku di sekolah-sekolah, pelarangan diskusi tentang keanekaragaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI), serta kritik terhadap topik-topik seperti critical race theory (CRT). Kebebasan berpendapat yang mereka klaim seringkali hanya berlaku untuk ide-ide mereka sendiri, sementara ide-ide yang mereka anggap mengancam tradisi konservatif Amerika diberangus.

Jika radikal kanan berhasil menguasai pemerintahan atau struktur sosial, ruang kebebasan berpendapat yang Musk klaim ingin lindungi justru bisa semakin sempit, terutama bagi inovasi-inovasi yang dianggap "liberal" atau menentang nilai-nilai tradisional mereka.

3. Penolakan Terhadap Sains dan Perkembangan Sosial

Banyak pendukung radikal kanan secara eksplisit menolak perubahan sosial progresif, termasuk hak-hak LGBTQ+, keadilan rasial, dan keberagaman. Mereka juga sering kali skeptis terhadap sains yang tidak sesuai dengan agenda mereka, seperti yang terjadi dengan perubahan iklim. Inovasi teknologi yang didorong oleh sains, seperti energi bersih dan kendaraan listrik, mungkin menghadapi perlawanan di masa depan jika agenda radikal kanan benar-benar menjadi dominan. Meskipun Musk saat ini merasa diuntungkan oleh dukungan mereka, ada risiko besar bahwa perkembangan teknologi yang ia promosikan justru akan dilawan oleh basis ideologi ini.

4. Jangka Panjang: Inovasi Mundur

Dalam jangka panjang, jika radikal kanan berkuasa, ada kemungkinan besar inovasi teknologi akan diperlambat atau bahkan dimundurkan. Fokus mereka pada tradisionalisme, ketidakpercayaan pada perubahan sosial, dan penolakan terhadap perubahan iklim akan mempengaruhi kebijakan publik yang mungkin menghambat inovasi teknologi, terutama yang terkait dengan energi bersih atau teknologi yang berdampak pada keadilan sosial.

Kesimpulan: Dalam jangka pendek, Musk mungkin merasa mendapat dukungan dan keuntungan dengan berafiliasi pada kelompok radikal kanan, terutama dalam hal kebebasan berpendapat dan regulasi yang lebih longgar. Namun, dalam jangka panjang, kelompok ini memiliki pandangan yang bertentangan dengan inovasi teknologi, kebebasan berekspresi sejati, dan perubahan sosial yang progresif. Jika mereka berhasil mendapatkan kekuasaan yang lebih besar, ada kemungkinan bahwa kebijakan mereka akan merugikan visi jangka panjang Musk tentang teknologi maju dan energi bersih, serta memundurkan inovasi ke masa lalu yang lebih konservatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun