Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pertempuran Perebutan Kekuasaan Platform Global

2 September 2024   22:05 Diperbarui: 3 September 2024   02:56 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertempuran Digital Antara Twitter-X, Telegram dan Mullvad VPN

Mantan pemilik Twitter versi orisinil X, Jack Dorsey sedang duduk menerawang di kantornya yang remang-remang, cahaya dari beberapa monitor memancarkan bayangan suram di dinding. Ia menatap tajuk berita yang terpampang di layar: "Brasil Melarang X, Hakim Moraes Memerintahkan Penangguhan." 

Langkah ini sudah diperkirakan, tetapi kecepatan tindakannya mengejutkan bahkan para raksasa teknologi paling berpengalaman sekalipun. Jari-jari Dorsey melayang di atas keyboard sebelum akhirnya ia mengklik tautan Mullvad VPN, membagikannya di akun X-nya dengan keterangan sederhana: "Kendalikan privasi Anda."

Di belahan dunia lain, di sebuah pusat komando futuristik yang canggih, Elon Musk mengamati perkembangan peristiwa dengan campuran rasa geli dan frustasi. Keputusan Mahkamah Agung Brasil untuk menangguhkan operasi X adalah tantangan langsung, dan Musk bukanlah orang yang mudah menyerah. 

Tindakannya yang memberikan akses gratis Starlink kepada warga Brasil adalah pernyataan penolakan, sekaligus demonstrasi kekuatan. Namun, Musk tahu bahwa ini lebih dari sekadar Brasil. Perebutan hak digital di seluruh dunia semakin memanas, dan garis-garis pertempuran mulai ditarik.

Dalam saluran komunikasi yang aman, Musk menghubungi sekutu lamanya: Pavel Durov, pendiri Telegram yang misterius. Durov sudah lama menjadi duri dalam daging rezim diktator otoriter Putin, platformnya menjadi tempat berlindung bagi kebebasan berbicara di negara-negara di mana kebebasan itu ditekan. 

Sayangnya dia tidak melakukan screening konten free speech yang kebablasan dan ekstrim yang merusak hak asasi, norma dan etika, termasuk memberikan platform pada penjahat bahkan penjahat seksual anak, menurut kejaksaan Perancis. Sekarang, dengan X di bawah serangan, Musk membutuhkan keahlian dan sumber daya Durov untuk memastikan arus informasi di Brasil tetap tidak terhalang.

"Moraes telah bertindak terlalu jauh," tulis Musk. "Kita bisa mengubah ini menjadi isu global."

Balasan Durov datang dengan cepat: "Setuju. Kami akan mendukung upaya Anda. Mari kita pastikan mereka menyesali ini."

Sementara itu, di Stockholm, promosi Jack Dorsey atas Mullvad VPN semakin populer. Pengguna di seluruh Brasil berbagi tautan tersebut, melewati upaya pemerintah untuk mengendalikan kehadiran online mereka. Bagi Dorsey, ini bukan hanya tentang Brasil; ini adalah pesan yang lebih besar kepada dunia. Kontrol terpusat atas internet semakin berbahaya, dan satu-satunya cara untuk mempertahankan kebebasan adalah melalui blockchain atau desentralisasi. 

Di tengah ketegangan yang meningkat, Musk menerima pesan dari seorang temannya di California yang mengeluhkan bahwa feed X mereka menjadi "lebih toksik akhir-akhir ini." Musk, yang tak pernah jauh dari percakapan semacam ini, segera merespons di platformnya. "Algoritma X mengasumsikan bahwa Anda ingin melihat lebih banyak konten yang sama dengan yang Anda interaksi," tulis Musk. "Sayangnya, jika alasan sebenarnya Anda membagikan konten itu kepada teman-teman adalah karena Anda marah atau terkejut, algoritma kami belum cukup cerdas untuk menyadari semuanya." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun