2. Kebocoran Data Pribadi dan Pelanggaran Privasi
Kasus seperti skandal Cambridge Analytica menunjukkan bagaimana platform digital di AS telah melanggar privasi pengguna secara serius. Data jutaan pengguna Facebook dikumpulkan tanpa izin yang memadai dan digunakan untuk memanipulasi pemilih dalam pemilu, tidak hanya di AS tetapi juga di negara-negara lain. Pelanggaran ini menunjukkan kurangnya perlindungan yang diberikan oleh perusahaan media sosial terhadap data pribadi pengguna, yang pada akhirnya merusak kepercayaan publik dan memicu seruan untuk regulasi yang lebih ketat.
3. Penyalahgunaan Platform untuk Aktivitas Ilegal
Selain itu, platform seperti Twitter, Telegram, dan lainnya telah digunakan untuk mendukung aktivitas ilegal, termasuk perdagangan manusia, eksploitasi anak, dan penyebaran materi ilegal lainnya. Di Amerika Serikat, ada sejumlah kasus di mana platform ini tidak cukup cepat dalam merespons atau menghapus konten yang melanggar hukum, yang menunjukkan kelalaian dalam tanggung jawab sosial mereka.
4. Pemanfaatan Media Sosial untuk Polarisasi Politik
Media sosial di Amerika Serikat juga dituduh memfasilitasi polarisasi politik yang mendalam. Contoh paling mencolok adalah insiden kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021, di mana platform seperti Parler, Twitter, dan Facebook dituduh berperan dalam mengorganisir dan memobilisasi massa yang akhirnya menyerang gedung Capitol. Kejadian ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik dan menciptakan ketegangan politik yang dapat mengancam demokrasi.
5. Kurangnya Akuntabilitas dan Transparansi
Meskipun berbagai pelanggaran ini telah disorot, perusahaan-perusahaan teknologi besar di AS sering kali menanggapi dengan perlahan dan defensif, menunjukkan kurangnya akuntabilitas. Mereka sering kali mengandalkan argumen kebebasan berbicara untuk menghindari tanggung jawab atas konten yang diposting di platform mereka. Namun, ketegangan ini menunjukkan kebutuhan mendesak akan regulasi yang lebih kuat yang dapat memastikan bahwa kebebasan berekspresi di dunia digital tidak melanggar hukum dan hak asasi manusia.
Durov dan Telegram: Kebebasan Tanpa Batas
Sementara itu, Durov menghadapi kritik bahwa Telegram telah menjadi surga bagi aktivitas ilegal, dengan sedikit atau bahkan tanpa upaya untuk mencegah penyalahgunaan platformnya. Meskipun argumen bahwa sebuah platform tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku penggunanya memiliki validitas, dalam kasus Telegram, ketidakpedulian terhadap aktivitas ilegal di platform tersebut meragukan itikad baik Durov.
Elon Musk Menghadapi Konsekuensi HukumÂ