Jadi, penarikan awal AS dan kebijakan pemerintah Irak yang tidak inklusif terhadap minoritas Sunni berkontribusi pada kebangkitan ISIS. Namun, intervensi kembali AS memainkan peran krusial dalam melemahkan dan akhirnya mengalahkan ISIS di Irak.
Konteks Penggerebekan
Penggerebekan yang terjadi pada dini hari 29 Agustus ini merupakan operasi yang direncanakan dengan cermat, melibatkan kerja sama erat antara Komando Pusat AS (CENTCOM) dan Pasukan Keamanan Irak. Selama dua bulan, operasi ini melibatkan pengumpulan intelijen, pengawasan, dan perencanaan strategis yang akhirnya menghasilkan misi berisiko tinggi untuk melemahkan struktur kepemimpinan ISIS. Para militan ISIS yang menjadi target bukanlah sekadar prajurit biasa, melainkan tokoh kunci dalam organisasi yang bertanggung jawab atas serangan di Irak dan sekitarnya.
Pentingnya Strategis
Operasi ini menegaskan pentingnya kerja sama internasional dalam perang melawan terorisme. Kolaborasi antara pasukan AS dan Irak menunjukkan perlunya kekuatan bersama untuk menghadapi ancaman bersama. Penggerebekan ini bukan hanya tentang menghilangkan ancaman langsung; ini juga merupakan langkah strategis untuk mengganggu kemampuan ISIS dalam merencanakan dan melancarkan serangan di masa depan. Dengan menargetkan kepemimpinan, operasi ini bertujuan menciptakan efek berantai yang melemahkan kemampuan operasional organisasi tersebut.
Biaya Kemanusiaan
Meskipun operasi ini berhasil mencapai tujuan utamanya, itu dilakukan dengan biaya tertentu. Tujuh personel militer AS terluka selama penggerebekan, menyoroti risiko yang terlibat dalam misi berisiko tinggi semacam ini. Sifat cedera yang dialami---mulai dari yang terjadi selama pertempuran hingga yang disebabkan oleh jatuh---mencerminkan lingkungan intens dan tak terduga di mana operasi ini dilakukan. Untungnya, semua personel yang terluka dilaporkan dalam kondisi stabil, meskipun beberapa membutuhkan perawatan medis lebih lanjut.
Perjuangan yang Lebih Luas Melawan ISIS
Penggerebekan ini merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas dan berkelanjutan untuk memberantas ISIS dari wilayah tersebut. Meskipun mengalami kerugian wilayah yang signifikan dan kematian beberapa pemimpin kunci, ISIS terus beradaptasi, menggunakan taktik gerilya, memanfaatkan sel tidur, dan memanfaatkan propaganda untuk mempertahankan pengaruhnya. Kehadiran 2.500 pasukan AS di Irak, yang terutama berada dalam misi pelatihan dan penasihat, adalah bukti dari sifat konflik yang berkelanjutan ini. Pasukan ini memainkan peran penting dalam memperkuat kemampuan militer Irak, memastikan bahwa negara tersebut tetap tangguh terhadap ancaman yang terus-menerus dari ISIS.
Melihat ke Depan
Penggerebekan yang sukses ini diberikan pernyataan pada tanggal 31/8/2024 pagi, yang menggambarkan betapa sengitnya dan betapa berbahayanya perlawanan militan teroris yang tentunya seperti biasa melakukan harakiri menggunakan 15 orang anggota ISIS yang jiwanya melayang ditukar dengan korban 7 tentara AS luka tembak, di daerah barat Irak. Hanya pasukan inti dari AS saja yang digunakan dalam penggerebekan rahasia ini hingga orang dalam atau pasukan dalam negeri Irak tidak dilibatkan dalam intelijen tetapi pada akhirnya diberikan juga informasi intelijen pada saat tembakan pertama penyerbuan, untuk mencegah kegagalan dari adanya kerjasama dan kebocoran intelijen. Jadi operasi gabungan hanya terjadi pada saat dimulainya penggerebekan, sehingga hanya ada 7 korban garda depan penyerbuan pertama dari pasukan AS saja. Target operasi AS ini adalah untuk mengeliminasi para pemimpin ISIS yang berpusat di provinsi Anbar, sehingga perlawanan yang paling sengit dan militan sudah diperkirakan. Tujuan AS dalam penyerbuan ini adalah untuk mencerai beraikan ISIS dan menurunkan tingkat militansi ISIS dan juga menurunkan kemampuan merencanakan, mengorganisasikan dan melakukan aksi terorisme pada penduduk sipil Irak, atau warga AS, warga sekutu dan warga partner Arab lainnya di sekitar Timur Tengah. Keberhasilan kali ini akan ditingkatkan dalam model kerjasama gabungan yang mengisyaratkan Irak untuk berusaha menjadi garda depan sekaligus yang melakukan inisiasi utama. Penasehat AS juga akan terus melatih dan mendorong kemajuan dari apa yang telah dicapai sekaligus memancing kemandirian dalam menghadapi tantangan yang masih ada dalam perang melawan ISIS. Seiring dengan berlangsungnya diskusi antara Amerika Serikat dan Irak mengenai peran masa depan pasukan militer internasional di negara tersebut, kebutuhan akan strategi yang berkelanjutan dan adaptif semakin jelas. Pengurangan kehadiran pasukan AS harus diimbangi dengan kebutuhan yang terus-menerus untuk mendukung pasukan Irak dalam upaya mereka mencegah kebangkitan kembali ISIS.